Ribuan Warga Ikuti Tradisi Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta Rayakan 1 Sura | IVoox Indonesia

June 30, 2025

Ribuan Warga Ikuti Tradisi Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta Rayakan 1 Sura

Ribuan warga mengikuti Lampah Budaya Mubeng Beteng Yogyakarta
Ribuan warga mengikuti Lampah Budaya Mubeng Beteng atau berjalan mengelilingi Beteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memperingati Tahun Baru Jawa 1 Sura Dal 1959 dan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah, Jumat (27/6/2025) dini hari. ANTARA/Luqman Hakim

IVOOX.id – Ribuan warga mengikuti Lampah Budaya Mubeng Beteng atau berjalan mengelilingi Beteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memperingati Tahun Baru Jawa 1 Sura Dal 1959 dan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah, Jumat (27/6/2025) dini hari.

Mengutip Antara, ribuan warga bersama para abdi dalem keraton berkumpul di sekitar Bangsal Ponconiti Keben Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sejak Kamis (26/6/2025) pukul 21.00 WIB.

Tradisi itu diawali dengan pembacaan tembang macapat berisi doa dan pujian yang dipimpin oleh abdi dalem keraton K.M.T. Projosuwasono.

Sekitar pukul 00.00 WIB, seusai lonceng keraton berbunyi 12 kali, rombongan peserta mulai berjalan kaki mengelilingi Beteng Keraton atau Beteng Baluwarti sejauh kurang lebih 5 kilometer.

"Mubeng Beteng itu sebagai wujud laku prihatin. Diharapkan banyak berdoa, mensyukuri 1 tahun yang lalu, kemudian berdoa untuk tahun yang akan datang agar diberikan keselamatan," ujar K.M.T. Projosuwasono, dikutip dari Antara, Jumat (27/6/2025).

Ia menegaskan bahwa Lampah Budaya Mubeng Beteng bukan merupakan hajat resmi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, melainkan kegiatan budaya spiritual yang diselenggarakan oleh para abdi dalem.

Selama perjalanan, peserta diminta menjaga suasana khidmat dengan tidak berbincang atau biasa disebut "tapa bisu".

"Orang menyebut tapa bisu, itu boleh saja. Akan tetapi, sebetulnya bukan berarti bisu. Kita hanya tidak bercakap-cakap, tetapi berdoa dalam hati," tutur Projosuwasono.

Rute Mubeng Beteng dimulai dari Keben Keraton menuju Jalan Retowijayan, Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, dan Jalan Wahid Hasyim, hingga tiba di Pojok Beteng Kulon.

Dari sana, peserta melanjutkan ke Jalan Mayjen M.T. Haryono, Pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, melewati Alun-Alun Utara, dan kembali ke Keben Keraton.

Sebagian peserta mengikuti dengan bertelanjang kaki meskipun penggunaan alas kaki tetap diperbolehkan.

"Kami menyarankan tidak memakai sendal karena kalau terinjak dan jatuh bisa menyulitkan. Akan tetapi, kalau sepatu atau tanpa alas kaki, silakan," ujar Projosuwasono.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan bahwa Lampah Budaya Mubeng Beteng merupakan salah satu karya budaya yang telah diakui secara nasional.

"Prosesi adat ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari DIY oleh kementerian yang mengurusi kebudayaan sejak 2015," ujarnya, dikutip dari Antara, Jumat (27/6/2025).

Pelaksanaan Mubeng Beteng, kata Dian, menjadi bagian dari upaya pelestarian adat istiadat dan tradisi DIY yang sarat nilai-nilai spiritual.

Ia mengemukakan bahwa tradisi ini memiliki nilai penting refleksi dan kontemplasi kehidupan manusia untuk selalu ingat dan bersyukur kepada Tuhan, serta menjadi bahan evaluasi perbaikan di tahun depannya.

"Sekaligus sebagai upaya memohon keselamatan dan keberkahan untuk kehidupan yang lebih sejahtera menyongsong tahun baru," tutur Dian.

Salah satu peserta, Gabriel Maria Ana (25 tahun) mengaku baru kali pertama mengikuti lampah budaya itu lantaran ingin mengenal lebih dalam mengenai budaya leluhur.

"Ini baru pertama kali. Lebih pengin nguri-uri budaya Jawa karena saya juga orang Jawa. Pengin tahu budaya yang ada di Jawa ini seperti apa dan pengin lebih dekat aja sama Yogyakarta," ujar warga Kabupaten Kulon Progo itu, dikutip dari Antara.

Sementara itu, Wahyu Widiardana (25 tahun), warga Magelang, Jawa Tengah, mengaku mengikuti tradisi tahunan itu untuk keperluan riset tugas akhir kuliahnya yang mengangkat tema budaya Yogyakarta.

0 comments

    Leave a Reply