RI Mau Budidaya Tuna Berteknologi Tinggi, KKP Uji Coba Budidaya di Keramba Jaring Apung | IVoox Indonesia

May 14, 2025

RI Mau Budidaya Tuna Berteknologi Tinggi, KKP Uji Coba Budidaya di Keramba Jaring Apung

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengunjungi lokasi budidaya pembesaran ikan tuna di laut Izmir, Turki, Selasa (23/1). KKP berencana mengadopsi teknologi budidaya pembesaran tersebut untuk diterapkan di Indonesia.

IVOOX.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ingin mengembangkan budidaya ikan tuna sebagai komoditas utama perikanan nasional berteknologi tinggi. 

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Lotharia Latif mengatakan, inovasi teknologi budidaya tuna (tuna farming) ini diharapkan bisa memastikan keberlanjutan sumber daya laut sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir.

“Teknologi perikanan terus berkembang di berbagai negara, dan Indonesia tidak boleh ketinggalan. Dengan adopsi teknologi yang relevan, kami ingin memastikan bahwa nelayan lokal dapat ikut menikmati manfaat ekonomi secara langsung,” ujar Lotharia Latif, dalam siaran pers dikutip (26/11/2024).

Salah satu terobosan yang sedang diuji coba adalah kolaborasi bersama Ditjen Perikanan Budi Daya yaitu teknologi budidaya tuna di keramba jaring apung, yang telah sukses diterapkan di negara seperti Turki.

Model ini kata dia melibatkan penangkapan tuna kecil di alam untuk kemudian dibesarkan hingga ukuran matang di keramba apung.

“Banyak negara maju sudah meningkatkan produksi budi dayanya dengan berbagai upaya, dibandingkan semata hanya penangkapan ikan demi menjaga keberlangsungan sumber daya ikan dan peningkatan kesejahteraan nelayan. Indonesia harus menjadi bagian dari kemajuan itu,” kata Latif.

“Uji coba dilakukan di Zona 02 yang mencakup WPPNRI 716 dan 717, dengan pusat di Biak. Saat ini, sudah ada perusahaan yang berminat mengembangkan teknologi ini, dan telah diterbitkan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) sesuai ketentuan yang berlaku,” ujar Latif.

Menurut Latif, teknologi ini tidak hanya akan membantu menjaga keberlanjutan stok tuna di alam, tetapi juga memberikan penghasilan yang lebih stabil bagi nelayan tradisional, yang dapat berperan sebagai penyedia tuna kecil atau tenaga kerja dalam pengelolaan keramba.

Peneliti BRIN Sebut Budidaya Solusi atasi Penurunan Populasi Tuna

Terpisah, Peneliti Utama Pusat Riset Perikanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wudianto mengatakan, program mendorong budidaya tuna menjadi solusi strategis untuk mengatasi penurunan populasi tuna di dunia, khususnya di wilayah Pasifik, yang saat ini mengalami overfishing.

“Populasi tuna, baik Yellowfin Tuna maupun Bigeye Tuna, sudah menurun drastis karena penangkapan berlebih. Oleh karena itu, budidaya tuna adalah langkah yang sangat baik. Namun, diperlukan teknologi dan riset yang mumpuni untuk mendukung keberhasilannya,” kata Wudianto di Jakarta, Selasa (26/11/2024), dikutip dari Antara.

Pria yang juga anggota Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan ini menilai, budidaya tuna di Indonesia dapat dilakukan dengan dua pendekatan yakni pembesaran (farming) dengan mengambil benih tuna kecil dari alam untuk dibesarkan di keramba laut hingga mencapai ukuran komersial.

Serta kedua, breeding yakni mengembangbiakkan tuna dewasa di fasilitas tangki besar, sehingga menghasilkan anakan yang dapat dibudidayakan.

“Untuk metode breeding, diperlukan riset lanjutan dan teknologi yang canggih, mengingat tuna merupakan spesies laut dalam yang membutuhkan lingkungan spesifik,” katanya.

Ia pun mengusulkan perlunya koordinasi antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menghidupkan kembali penelitian terkait budidaya tuna yang sempat dilakukan di Balai Penelitian Perikanan Laut (Gondol).

“Dulu, Gondol sudah memiliki fasilitas untuk breeding tuna yang dikembangkan bersama JICA, Jepang. Sayangnya, setelah riset pindah ke BRIN, penelitian ini kurang mendapat perhatian. KKP perlu mendukung pendanaan dan mendorong kerjasama dengan BRIN untuk mengoptimalkan potensi ini,” tegasnya.

Dengan budidaya, produksi tuna nasional dapat ditingkatkan secara berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen tuna global.

Sementara itu, salah seorang pengusaha penangkapan tuna Dwi Agus Siswa Putra menyebut langkah budidaya tuna merupakan inovasi besar yang menandai kemajuan signifikan dalam sektor perikanan Indonesia.

“Saya sangat menghormati langkah ini. Jika ada pelaku usaha atau pemerintah yang berani memulai budidaya tuna di Indonesia, itu sebuah kemajuan luar biasa. Indonesia menjadi lebih maju dalam perikanan tuna,” kata Dwi yang sudah bergelut di industri penangkapan tuna sejak 1992, dikutip dari Antara.

Ia mengatakan, penangkapan tuna saat ini semakin sulit. Lokasi fishing ground semakin jauh, seperti di Samudra Hindia, dengan waktu tempuh hingga tiga sampai tujuh hari yang membuat operasional semakin mahal dan hasil tangkapan tidak selalu memadai.

Sementara budidaya tuna memerlukan persiapan dan teknologi yang matang. Negara-negara seperti Jepang, Australia, dan Turki telah sukses menjalankan budidaya tuna dengan teknologi canggih. Indonesia, yang memiliki potensi laut yang luas, perlu melakukan transfer teknologi untuk memastikan keberhasilan.

0 comments

    Leave a Reply