May 6, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

RI Berkontribusi 58 Persen Minyak Sawit Berkelanjutan

iVooxid, Jakarta - Republik Indonesia berkontribusi sebesar 58 persen dari produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan di seluruh dunia, dan diharapkan jumlah tersebut dapat terus meningkat pada masa mendatang.

"Indonesia menyumbang 58 persen produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan dari total volume minyak kelapa sawit yang bersertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil)," kata Direktur RSPO Indonesia Tiur Rumondang dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Kamis (26/1/2017).

Tiur juga memaparkan, produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan yang telah mendapat sertifikat RSPO secara global saat ini mencapai 12,15 juta ton, atau 17 persen dari total produksi minyak kelapa sawit dunia.

Namun begitu, ujar dia, penyerapan minyak kelapa sawit berkelanjutan di dalam negeri masih tergolong minim karena permintaan konsumen di Indonesia juga dinilai masih rendah.

RSPO juga telah meluncurkan program "Youth Leader in Sustainibility" yaitu program pencarian pemimpin masa depan dengan harapan meningkatkan kesadaran konsumen yang didukung dengan peningkatan permintaan atas produk yang berbasis minyak kelapa sawit berkelanjutan.

Program tersebut digelar dengan kolaborasi bersama WWF-Indonesia, The Body Shop dan Sinar Meadow. Program ini akan berlangsung dari Januari hingga Mei 2017 dengan serangkaian kegiatan mulai dari roadshow ke berbagai universitas, seminar hingga tahapan penyeleksian.

Sementara itu, Direktur Konservasi WWF-Indonesia Arnold Sitompul mengingatkan kondisi keanekaragaman hayati global, termasuk di Indonesia, sudah pada level yang sangat memprihatinkan.

Salah satu faktor yang mendorong laju penurunan keanekaragaman hayati adalah dari pemanfaatan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan termasuk industri kelapa sawit.

Untuk memastikan kelestarian keanekaragaman hayati, lanjutnya, maka perlu adanya terobosan baru dalam mendorong industri kelapa sawit yang berkelanjutan.

Sebelumnya, volume ekspor minyak mentah kelapa sawit (CPO) dan turunannya pada 2016 mencapai 25,7 juta ton atau turun sekitar dua persen dibanding 2015 yang mencapai 26,2 juta ton karena dipengaruhi fenomena cuaca El Nino pada akhir 2015.

"Di akhir 2015, produksi buah sawit menurun akibat kekeringan El Nino selama 2015. Dari segi volume ekspor memang turun dua persen karena produksi juga menurun sekitar 7 sampai 30 persen," kata Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit Bayu Krisnamurthi pada konferensi pers di Jakarta, Selasa (10/1).

Bayu menjelaskan meski volume eskpor CPO, minyak kelapa sawit kernel (PKO) dan turunannya menurun dua persen, nilai ekspor sawit 2016 mencapai 17,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp240 triliun atau naik delapan persen dibandingkan 2015 yang hanya mencapai 16,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp220 triliun.

Kenaikan nilai eskpor ini disebabkan oleh kenaikan harga CPO global sebesar 41,4 persen sepanjang 2016, dengan perbandingan harga CPO pada Juni 2015 sebesar 535 dolar AS/ton, Januari 2016: 558 dolar AS/ton dan Desember 2016: 789 dolar AS/ton.

Namun demikian, BPDP mengingatkan agar eksportir jangan sampai lengah dengan harga CPO terakhir yang dinilai terlalu tinggi tersebut karena bisa mengurangi daya saing Indonesia di pasar minyak nabati secara keseluruhan.

"Kita tahu minyak sawit Indonesia itu bersaing dengan minyak kedelai sehingga kalau harga minyak sawit terlalu dekat dengan harga kedelai, maka daya saing kita menurun," katanya. (ant)

0 comments

    Leave a Reply