Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Alami Diare, BGN Lakukan Investigasi | IVoox Indonesia

October 19, 2025

Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Alami Diare, BGN Lakukan Investigasi

Petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Slipi
Ilustrasi - Petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Slipi, Palmerah, Jakarta Barat tengah memorsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (23/9/2025). ANTARA/Risky Syukur

IVOOX.id – Badan Gizi Nasional (BGN) bergerak cepat menyelidiki dugaan insiden keamanan pangan yang dialami ratusan siswa SMAN 1 Yogyakarta. Kasus ini mencuat setelah banyak siswa melaporkan mengalami gejala sakit perut pada Kamis dini hari, 16 Oktober 2025.

Kepala SMAN 1 Yogyakarta, Ngadiya, mengatakan pihak sekolah baru mengetahui laporan tersebut pada Kamis pagi. Untuk memastikan kondisi seluruh siswa, pihak sekolah segera menyebarkan kuesioner ke semua kelas. Dari 972 siswa, sebanyak 426 mengaku mengalami diare antara pukul 1 hingga 3 dini hari. Selain itu, terdapat 32 siswa yang tidak masuk sekolah, meski penyebab ketidakhadiran mereka belum dapat dipastikan.

Kendati demikian, Ngadiya menegaskan bahwa tidak ada siswa yang harus dirujuk ke fasilitas kesehatan. “Proses kegiatan belajar mengajar berjalan normal. Tidak ada siswa yang dipulangkan lebih awal,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima ivoox.id Jumat (17/10/2025).

Menanggapi laporan tersebut, tim gabungan dari BGN bersama Dinas Kesehatan Provinsi DIY dan Kota Yogyakarta langsung turun ke lapangan. Mereka melakukan pengambilan sampel makanan untuk diperiksa di laboratorium, guna menelusuri sumber penyebab dugaan insiden.

“Kami bersama Dinas Kesehatan Provinsi DIY dan Kota Yogyakarta menelusuri secara cermat sumber dugaan penyebabnya. Masyarakat kami imbau tetap tenang sambil menunggu hasil resmi,” ujar Kepala Kantor Pemenuhan Gizi (KPPG) Sleman, Harsono.

Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, menyampaikan bahwa lembaganya menempatkan keamanan pangan sebagai prioritas utama dalam setiap program layanan gizi masyarakat. “Keamanan pangan bukan hanya soal higienitas, tetapi juga kepercayaan publik terhadap sistem gizi nasional. Karena itu, setiap temuan sekecil apa pun akan kami tindaklanjuti dengan serius,” katanya.

Sebagai langkah tanggap cepat, BGN juga menginstruksikan penghentian sementara operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melayani sekolah tersebut. Langkah ini dilakukan untuk memberi ruang bagi evaluasi menyeluruh terhadap proses pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan, agar standar keamanan pangan di lingkungan sekolah dapat dipastikan terpenuhi.

BGN Bantah Balita di Tasikmalaya Keracunan Makan Bergizi Gratis

Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan kabar yang menyebut sembilan balita di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, keracunan usai mengonsumsi hidangan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah tidak benar. Ketua Tim Investigasi BGN, Karimah Muhammad, menegaskan bahwa kejadian tersebut bukan disebabkan oleh makanan MBG yang dikonsumsi sesuai prosedur.

“Faktanya, mereka baru mengonsumsi makanan itu pukul 16.00 hingga 17.00, jauh setelah waktu aman konsumsi,” ujar Karimah, Kamis (16/10/2025).

Sebelumnya, sejumlah media melaporkan sembilan balita dari dua posyandu di Desa Cibeber, Kecamatan Manonjaya, mengalami mual dan muntah setelah menyantap hidangan MBG dengan menu ayam suwir kecap, tahu goreng tepung, tumis wortel kembang kol, buah kelengkeng, dan susu UHT. Namun hasil penelusuran BGN menunjukkan bahwa makanan tersebut telah disimpan terlalu lama sejak didistribusikan pada pukul 10.00–11.00 WIB.

Menurut Karimah, hidangan MBG dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tasikmalaya Manonjaya Cibeber seharusnya dikonsumsi sebelum pukul 13.00. “Jadi, konsumsi pada sore hari sudah jauh melewati batas best before,” ujarnya.

SPPG Tasikmalaya Manonjaya Cibeber setiap hari menyiapkan 3.896 porsi MBG untuk siswa sekolah dan 190 anak balita di empat posyandu. Pada dua posyandu yang disebutkan, ditemukan bahwa makanan baru dikonsumsi sore hari, sementara di dua titik lainnya dan di sekolah-sekolah penerima MBG, tidak ada insiden serupa.

Karimah menjelaskan, keterlambatan konsumsi itu menyebabkan makanan tidak lagi layak santap karena perkembangan bakteri patogen berlangsung cepat. “Bakteri hanya memerlukan waktu 15–20 menit untuk berkembang biak dua kali lipat, dan balita memiliki sistem imun yang jauh lebih lemah,” katanya.

Kepala SPPG Tasikmalaya Manonjaya Cibeber, Elvira Hawari, menambahkan bahwa hasil pemeriksaan keesokan harinya menunjukkan seluruh balita sudah pulih. “Mereka sudah bermain seperti biasa, tidak ada gejala lanjutan,” ujarnya.

Investigasi lebih lanjut juga menemukan adanya laporan palsu. Salah satu pelapor yang mengaku bernama Dindi ternyata bukan bagian dari SPPG maupun daftar penerima manfaat program. Ia bahkan tidak hadir ketika polisi memanggil para orang tua untuk klarifikasi.

Sebagai langkah kehati-hatian, operasional SPPG tersebut sempat dihentikan sementara untuk pemeriksaan laboratorium oleh Dinas Kesehatan. Hasil investigasi menunjukkan tidak ada indikasi kelalaian pengolahan di dapur MBG.

Karimah menyarankan agar setiap posyandu menuliskan secara jelas batas waktu aman konsumsi MBG. “Instruksi itu harus tertulis dan ditempel dengan desain yang mudah dilihat. Jangan hanya disampaikan secara lisan,” katanya.

Ia juga mendorong kader posyandu agar mengatur waktu makan anak-anak dengan lebih baik, misalnya tidak perlu sarapan berat sebelum datang ke posyandu, sehingga makanan MBG dapat langsung dikonsumsi saat diterima. “Dengan begitu, gizi tetap optimal dan keamanan pangan terjaga,” katanya.

0 comments

    Leave a Reply