Ramalan Cuaca Meleset, Kota Jayapura Masih Krisis Air Bersih di Awal Tahun 2020

IVOOX.id, Jayapura – Memasuki akhir bulan Januari 2020, warga Kota Jayapura masih kekurangan air bersih dan intensitas hujan juga masih rendah.
Seperti yang dijelaskan Direktur PDAM Jayapura Entis Sutisna melalui sambungan telepon selularnya.
“Saya juga menyikapi ramalan dari BMKG Wilayah Jayapura yang memprediksi bahwa bulan Januari – Februari akan terjadi curah hujan yang cukup tinggi di Jayapura. Ternyata saya juga melihat kondisi saat ini yang kita harapkan hujan. Ternyata sampai minggu ini tidak terjadi curah hujan seperti yang kita harapkan,”ungkapnya. Kamis (23/1/2020).
Kata dia, jikalau dilihat memang ternyata untuk minggu ini saja terjadi penurunan debit air yang cukup drastis termasuk di Kamp. Wolker.
“Jadi di Camp Wolker ini terjadi penurunan debit air yang cukup drastis. Makanya inilah yang menyebabkan masyarakat di Perumnas I, II dan III Waena ada terjadi penurunan distribusi air,”ungkapnya.
“Bayangkan yang biasanya 80 liter/detik ternyata minggu ini drop artinya hanya 50 persen saja dari kapasitas yang ada, sehingga masyarakat yang ada di Perumnas I,II dan III yang mendapat air tergantung dari kondisi di sumber air,”tambahnya.
Begitupun juga di area Abepura, pipa yang masuk melalui jalur TMP sudah tidak lagi bisa berproduksi seperti biasa, karena sudah terjadi penurunan.
“ Untuk saat ini saya mau katakan bahwa kondisi air kita di setiap intake turun drastis. Saya ada miliki dokumentasi turunnya sumber air seperti di Angkasa, Bhayangkara, Entrop, Kojabu dan Kamp Wolker,”terangnya.
Diakuinya hingga pekan ini tidak debit air turun sehingga menyebabkan pelayanan PDAM tidak optimal, karena ketergantungan terhadap debit air di sumber/intake air semakin tinggi.
Kondisi Intake Air
Lebih jauh dijelaskan akibat rendahnya intensitas hujan sebabkan belum ada penambahan debit yang signifikan.
“Sekarang belum normal, karena kemarin sempat kita bersyukur hujan turun. Tetapi untuk bulan Januari ini kondisinya kembali ke musim kemarau kemarin,”keluhnya.
Untuk itu pihaknya mensiasati dengan masih menggunakan system giliran. “PDAM Jayapura ini sistemnya unik, berbeda dengan di Pulau Jawa. Kalau di Jawa itu menggunakan outletnya satu. Jadi mereka itu punya kapasitas besar dan hanya satu titik pengeluaran. Kalau PDAM Jayapura ini multi inti. Jadi ada banyak sumber air yang dimiliki PDAM dan melayaninya pun secara zona,”jelasnya.
Seraya memberikan contoh warga di Angkasa mendapatkan air dari intake Anafre. Intake Anafre inilah yang menjadi sumber utama masyarakat.
Jadi ketika intake Anafre debitnya turun/kering. Maka secara otomatis warga sekitar krisis. Begitu juga dengan di Bhayangkara dan sekitar Dok II Bawah.
Karena tidak inter koneksi. Begitu juga dengan di area Entrop, Abepura yang bergantung ke intake Camp Wolker dan Kojabu. Hal inilah yang menyebabkan pelayanan PDAM ke masing – masing wilayah tidak merata, karena tergantung kondisi masing – masing sumbernya.
“Untuk mensiasatinya kami awut – awut. Jadi sampai malam-pun kami lakukan pengaturan terhadap valve – valve yang ada,”ucapnya.
Disisi lain PDAM Jayapura juga telah mengundang masyarakat seperti di Polimak yang krisis air untuk melihat langsung intake air di Ajen, yang ternyata debit airnya drop. Sehingga sulit melayani masyarakat di Polimak 1,2,3,4.
Demikian juga di Intake Entrop kondisi air sangat drop yang menyebabkan warga di Hamadi, Terminal Entrop, Jalan Baru tidak mendapatkan air.

0 comments