Puncak Hakteknas 2019 Beri Anugerah Iptek dan Inovasi

IVOOX.Id, Denpasar - Pemerintah melalui Kemenristek Dikti menggelar Anugerah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan Inovasi pada puncak acara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2019 yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Denpasar Bali, Rabu ( 28/8).
Dalam kesempatan itu, Menristek Dikti M Nasir, Ketua Umum Hakteknas 2019 Jumain Appe dan Gubernur Bali I Wayan Koster memberikan penghargaan Anugerah Iptek dan penghargaan bagi para aktor inovasi tahun 2019, untuk Pemerintah Daerah tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota, Perguruan Tinggi, Industri dan Masyarakat.
Kegiatan ini digelar untuk mendorong peningkatan kemampuan Iptek, yang diikuti dengan penguatan inovasi nasional dalam mendukung kemandirian dan daya saing bangsa.
Menteri Nasir juga memberikan apresiasi kepada Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada dibawah koordinasi Kemenristek Dikti yang dinilai mendorong kontribusi dalam inovasi. Sehingga pada tahun 2019 terdapat perubahan signifikan dalam riset dan inovasi.
"Dulu startup atau inovasi yang dihasilkan para peneliti Indonesia selalu berada dibawah di Asia Tenggara. Bahkan patennya rendah. Saya waktu itu membandingkan dengan Iran, mereka mengembangkan startup dari tahun 2004-2014, berapa inovasi yang dihasilkan dalam 10 tahun, mereka menghasilkan 1000 start up," kata Nasir.
Hal itulah yang menjadi tekad mantan Rektor Universitas Diponegoro memacu inovasi, menurutnya awal memimpin kemenristek Dikti, hanya ada 15 startup dalam setahun.
Namun pada tahun 2019 ini, startup yang sudah dibangun oleh LPNK, Perguruan Tinggi Masyarakat dan Industri sudah tercipta sebanyak 1.350 startup selama lima tahun.
“Untuk itu kita berikan penghargaan anugerah iptek, dan inovasi kita apresiasi, harapan saya bisa menjadi lebih baik, dan menjadi inspirasi bagi yang lain. Saya ucapkan selamat kepada semua pihak yang meraih prestasi itu" cetusnya
Menteri Nasir juga mengajak agar Kegiatan Hakteknas terus disosialisasikan ke daerah.
Sehingga dirinya menginisiasi sejak tahun 2016, Hakteknas digelar di daerah-daerah. Ternyata atensi publik terhadap riset dan inovasi semakin meningkat.
“Sejak tahun 2016, kami lakukan di luar kota, yakni Surakarta. Ada kenaikan inovasi daerah mulai muncul. Kemudian tahun 2017 di Makasar. Tahun 2018 di Pekanbaru Riau. Kali ini di Bali. Harapan saya bisa terus disosialisasikan ke daerah lain, untuk mendorong inovasi daerah," kata Nasir.
Ketua Pelaksana Anugerah Iptek dan Inovasi, Jumain Appe menyebutkan penghargaan ini menjadi langkah Kemenristek Dikti dalam memberikan motivasi bagi masyarakat untuk berinovasi bagi kemajuan bangsa.
“Kita tahu karena hanya dengan menguasai Iptek dan Inovasi, kita menjadi bangsa yang maju dan mandiri," ungkap pria yang juga Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristek Dikti tersebut.
Selain itu, untuk membangun iklim kondusif penguatan dan pengembangan inovasi sebagai outreach dari riset Iptek dalam penciptaan nilai tambah komersil, ekonomi dan atau sosial-budaya secara berkelanjutan. Serta memberikan dorongan kepada para pelaku inovasi secara individu, organisasi, maupun lembaga agar dapat terpacu mewujudkan ide kreatif dalam penciptaan nilai tambah sebagai individu maupun melalui kemitraan dan kerjasama antar unsur inovasi.
Tahun ini pelaksanaan anugerah Iptek dan Inovasi dilakukan melalui seleksi yang terpisah untuk kategori Budhipraja Kabupaten dan Kota.
Seleksi Budhipura diikuti oleh 25 provinsi, Budhipraja Kabupaten 120 kabupaten, Budhipraja Kota sebanyak 29 kota.
Sedangkan Widyapdhi 570 perguruan tinggi, Adhiyudha untuk kategori BUMN 4, dan swasta 11 industri.
"Sejak tahun 2018, seleksi penilaian menggunakan instrumen baru yakni indeks daya saing daerah, yang memiliki empat penilaian dari segi penguatan infrastruktur, sumber daya manusia, pasar dan ekosistem inovasi," terangnya.
Daya Saing
Jumain Appe memaparkan pengembangan wilayah dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat harus dilakukan dengan suatu pembangunan yang berkelanjutan. Tingkat daya saing (competitiveness) merupakan salah satu parameter dalam konsep pembangunan daerah berkelanjutan. Semakin tinggi tingkat daya saing suatu daerah, maka tingkat kesejahteraan masyarakatnya pun semakin tinggi. Suatu daerah akan memiliki reaksi yang berbeda dalam menyikapi dampak dari adanya fenomena globalisasi ini, hal tersebut akan sangat menentukan posisi tawar masing-masing daerah dalam kancah persaingan global yang semakin ketat.
Keadaan tersebut selanjutnya harus diartikan sebagai tuntutan bagi setiap daerah di Indonesia untuk meningkatkan daya saing masing-masing daerah, dimana tingginya daya saing antar daerah di Indonesia secara keseluruhan merupakan penentu bagi peningkatan daya saing nasional ditengah tingginya tuntutan untuk dapat bersaing secara global.
Mengingat betapa pentingnya daya saing, maka daya saing tersebut menjadi tiga prioritas penting dari sembilan visi, misi, dan program aksi Presiden Joko Widodo yang dikenal dengan sebutan Nawacita.
Tiga prioritas yang terkait dengan daya saing adalah (1) meningkatkan kualitas hidup manusia; (2) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; dan (3) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Lebih lanjut, Jumain Appe mengatakan Kemenristek Dikti melalui Direktorat Sistem Inovasi, Ditjen Penguatan Inovasi telah menginisiasi penyusunan model pengukuran indeks daya saing daerah (IDSD) yang diharapkan dapat menggambarkan kondisi dan kemampuan suatu daerah dalam mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya melalui peningkatan produktifitas, nilai tambah dan persaingan baik domestik maupun internasional demi kesejahteraan yang berkelanjutan.
IDSD juga dapat diartikan sebagai refleksi tingkat produktivitas, kemajuan, persaingan dan kemandirian suatu daerah.
Pentingnya IDSD sebagai alat untuk menilai keberhasilan suatu daerah untuk dapat bersaing dengan daerah lain dan mendukung daya saing nasional.
Pengukuran IDSD diharapkan menjadi salah satu dasar utama penyusunan dan penetapan kebijakan nasional maupun daerah yang mendorong sinergi program antar sektor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kepemimpinan daerah yang inovatif.
Selain diperkuat oleh hasil kajian teoritik, model IDSD juga disusun dengan mempelajari model indeks yang sedang dikembangkan atau dikeluarkan oleh lembaga lain di dalam maupun luar negeri seperti Indeks Inovasi Daerah (LAN); Indeks Government Award (Kemendagri); dan Indeks Pembangunan Manusia ; Global Competitiveness Index - World Economic Forum (GCI-WEF); Global Innovation Index (GII - Johnson Cornell University, WIPO dan Insead) dan Asian Competitiveness Indeks (ACI) yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia dan ketersediaan data sampai level provinsi dan kabupaten/kota.
Indeks ini menggunakan 4 aspek utama yaitu lingkungan penguat, sumberdaya manusia, pasar dan ekosistem inovasi; 12 pilar yaitu Kelembagaan, Infrastruktur, Perekonomian Daerah, Kesehatan, Pendidikan, Efisiensi Pasar Produk, Ketenagakerjaan, Akses Keuangan, Ukuran Pasar, Adopsi Teknologi, Dinamika Bisnis, Kapasitas Inovasi dengan 23 Dimensi dan 78 indikator (kuisioner).
Terkait penghargaan pada Provinsi Jawa Barat, Wakil Rektor III Universitas Padjajaran (Unpad) Dr Keri Lestari Dandan yang hadir pada acara Hakteknas ke 24 mengutarakan penghargaan yang diraih berkat sinergi Pemprov Jawa Barat bersama seluruh stake holdernya termasuk melibatkan perguruan tinggi untuk memanfaatkan teknologi dan inovasi dalam merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi pembangunan di Jawa Barat.
Menurut Keri Pemprov Jawa Barat telah mengarah pada Government 4.0, dengan memanfaatkan Internet of Things ( IoT) dalam managemen kolaborasi local-global interconnectivity sehingga terjadi percepatan dan efektifitas programnya".
Selamat dan sukses untuk Gubernur Pak Ridwan Kamil dan jajaran Pemprov Jawa Barat, " tandas Keri Lestari.
Adapun penerima Anugerah Iptek dan Inovasi 2019:
Untuk kategori Budhipura:
Peringkat I : Sulawesi Selatan
Peringkat II : Jawa Barat
Peringkat III : Jawa Tengah
Seperti diketahui Budhipura merupakan penghargaan Iptek dan inovasi untuk kategori pemerintah provinsi yang dinilai berhasil mengelola sistem inovasi di daerah.

0 comments