Puluhan Biksu Thudong Sampai di Candi Borobudur jelang Hari Raya Waisak | IVoox Indonesia

May 13, 2025

Puluhan Biksu Thudong Sampai di Candi Borobudur jelang Hari Raya Waisak

Para Biksu Thudong setelah memasuki halaman Candi Borobudur
Para Biksu Thudong setelah memasuki halaman Candi Borobudur menerima bunga sedap malam di Magelang, Sabtu (10/5/2025). ANTARA/Heru Suyitno

IVOOX.id – Sebanyak 36 Biksu Thudong tiba di tujuan perjalanan akhir yakni di Candi Borobudur, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar di Magelang, Sabtu (10/5/2025), menyambut kedatangan para biksu tersebut dengan memberikan bunga sedap malam.

Begitu memasuki di marga utama kawasan Candi Borobudur, 36 Biksu Thudong dari Thailand ini langsung di sambut oleh Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar dan sejumlah pejabat terkait lainnya,

Ia mengaku datang ke Candi Borobudur dalam rangka menyambut para Biksu Thudong yang telah berjalan kaki ribuan kilometer.

"Kita ada di sini untuk menyambut mereka. Ini menunjukkan pentingnya Candi Borobudur di mata warga Indonesia bahkan seluruh dunia," kata Irene Umar, dikutip dari Antara, Sabtu (10/5/2025).

Menurut dia, mereka sudah berjalan lintas negara supaya sampai di Candi Borobudur untuk menyambut di perayaan Waisak 2569 BE.

Pada kesempatan tersebut puluhan Biksu Thudong langsung naik candi dan menggelar ritual pradaksina di stupa induk Candi Borobudur.

Sementara, ratusan umat Buddha dari berbagai negara mengikuti puja bakti di Taman Aksobya, Kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, dalam kegiatan tersebut mereka memanjatkan doa khusus untuk kedamaian Indonesia dan dunia.

Ketua Panitia Nyingma Monlam Chenmo Indonesia 2025 Lama Rama Santoso Liem menyampaikan suasana Puja Bakti ini digelar hingga dua hari ke depan dimulai dari agi hingga sore.

"Puja bhakti ini berbeda dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya yakni setiap umat membawa alat musik sendiri. Doa perdamaian dunia ini pun berlangsung khidmat," katanya di Magelang, Sabtu (10/5/2025), dikutip dari Antara.

Ia mengatakan bahwa puja atau doa ini merupakan bagian dari acara Waisak dan tata cara berdoa ini sudah dikenal sejak dulu di berbagai negara.

"Tahun lalu kita lakukan adalah Nyingma Monlam. Puja ini sudah dikenal dan viral mulai di Pegunungan Himalaya dan sudah menurun ke Asia Tenggara dan Timur. Dan kegiatan ini sudah dilakukan di berbagai daerah di Malaysia, Singapura, Taiwan dan Hongkong," katanya.  

Ia menyampaikan bahwa alat musik tersebut merupakan sarana untuk memanjatkan doa yang dibawa oleh setiap peserta. Selain dari Indonesia, peserta doa perdamaian ini juga diikuti berbagai negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.  

"Dalam doa biasanya setelah puja diselingi musik tapi di puja ini setiap puja harus memiliki musik tersendiri. Dan para peserta puja harus memiliki alat musik sendiri. Damaru dan lonceng kecil," katanya.

Selain untuk kebaikan umat, mereka juga mendoakan agar Indonesia maupun dunia dapat hidup rukun, damai tanpa ada ketegangan. Menurutnya doa yang diikuti oleh lantunan musik ini baru pertama kali digelar di Indonesia.

"Ini doa aspirasi untuk kedamaian dunia dan NKRI. Mencoba menghadirkan upacara ini di Indonesia," katanya.

0 comments

    Leave a Reply