Inilah Sosok Pembuat Wayang Golek yang Masih Bertahan | IVoox Indonesia

April 28, 2025

Inilah Sosok Pembuat Wayang Golek yang Masih Bertahan

Rudi Sunandar Sunarya, salah satu keturunan Dalang Legendaris, Asep Sunandar Sunarya yang melestarikan kesenian sunda Wayang Golek Giriharja di Kelurahan Jelekong Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung

VOOX.id - Rudi Sunandar Sunarya, salah satu keturunan Dalang Legendaris, Asep Sunandar Sunarya yang melestarikan kesenian sunda Wayang Golek Giriharja di Kelurahan Jelekong Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, sedang membuat wayang golek di workshop miliknya di Jelekong, Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung pada Senin (4/9/2023). Selain menjadi dalang, Rudi merupakan satu-satunya keturunan Asep Sunandar Sunarya yang mampu membuat wayang Golek. IVOOX/Fahrurrazi Assyar.

Sekitar tahun 1584 Masehi di Jawa Tengah salah satu Sunan dari Dewan Wali Songo menciptakan Wayang Golek, tidak lain adalah Sunan Kudus yang menciptakan Wayang Golek Pertama.

Dalam perjalanan sejarahnya, pergelaran wayang golek mula-mula dilaksanakan oleh kaum bangsawan.

Terutama peran penguasa terutama para bupati di Jawa Barat, mempunyai pengaruh besar terhadap berkembangnya wayang golek tersebut.

Pada awalnya pertunjukan wayang golek diselenggarakan oleh para priyayi (kaum bangsawan Sunda) dilingkungan Istana atau Kabupaten untuk kepentingan pribadi maupun untuk keperluan umum.

Di daerah Cirebon disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak.

Salmun (1986) menyebutkan baru pada tahun 1583 Masehi, Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun `wayang purwo` sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro.

Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, tetap disebut sebagai wayang golek.

Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) dari Cirebon wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).

Pementasan wayang golek di tanah Parahyangan dimulai sejak Kesultanan Cirebon berada di tangan Panembahan Ratu (1540-1650) yang juga merupakan cicit dari Sunan Kudus. Yang dipertunjukan saat itu adalah wayang cepak (atau wayang golek papak), disebut demikian karena memiliki bentuk kepala yang datar.

Selanjutnya ketika kekuasaan Kesultanan Cirebon diteruskan oleh Pangeran Girilaya (1650-1662), wayang cepak semakin populer dimana kisah babad dan sejarah tanah Jawa menjadi inti cerita, yang tentunya masih sarat dengan muatan agama Islam.

0 comments

    Leave a Reply