Positivity Rate COVID-19 Tinggi, Ini Hipotesis Menkes Soal Penyebabnya...
IVOOX.id, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjabarkan hipotesisnya mengenai faktor penyebab tingginya angka positivity rate COVID-19 --perbandingan jumlah kasus positif dengan jumlah pemeriksaan-- di Indonesia.
Budi Gunadi dalam konferensi pers yang disiarkan via daring pada Rabu mengemukakan bahwa positivity rate COVID-19 di Indonesia tinggi antara lain karena pemeriksaan belum dilakukan secara masif dan fasilitas pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi virus corona menggunakan metode RT PCR masih terbatas.
Karena pemeriksaan menggunakan metode RT PCR membutuhkan waktu lebih lama dan ketersediaan laboratorium pemeriksaan menggunakan RT PCR masih terbatas, Menteri Kesehatan menerbitkan peraturan yang memungkinkan pemeriksaan antigen menggunakan alat tes diagnostik cepat untuk memastikan penularan virus corona.
Menteri Kesehatan juga mengemukakan adanya kendala dalam memasukkan data hasil pemeriksaan COVID-19 menggunakan metode RT PCR.
"Banyak data di laboratorium yang belum dimasukkan, terutama data kasus negatif," kata Budi, dikutip Antara.
Dia mengungkapkan, petugas laboratorium tidak memasukkan data hasil tes PCR negatif COVID-19 karena mendahulukan memasukkan data orang yang positif COVID-19 supaya mereka bisa segera menjalani perawatan dan karantina.
Selain itu, menurut dia, respons sistem pelaporan data yang lambat dan tampilan muka sistem aplikasi yang masih rumit menghambat proses pemasukan data hasil pemeriksaan.
Guna mengatasi masalah itu, Menteri Kesehatan mengatakan, Kementerian Kesehatan telah memperbarui sistem aplikasi pelaporan data COVID-19, termasuk menyederhanakan tampilan serta meningkatkan respons sistem.
Perbaikan itu diharapkan memudahkan laboratorium memasukkan data hasil pemeriksaan COVID-19.
Budi juga mengemukakan bahwa tidak semua petugas laboratorium, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan secara disiplin memasukkan data hasil tes COVID-19 dengan cepat dan tepat.
"Ini akan kami koordinasikan dengan pihak laboratorium dan rumah sakit agar bisa memperbaiki kualitas dan timing laporannya," katanya.
Menteri Kesehatan berharap setelah perbaikan-perbaikan yang dilakukan pendataan kasus COVID-19 bisa mencerminkan kondisi sebenarnya di lapangan sehingga pemerintah bisa membuat kebijakan yang lebih tepat untuk menanggulangi penularan penyakit itu.
0 comments