May 1, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

Pilpres 2019: Prabowo Ingin ‘Buat Indonesia Hebat Lagi’

IVOOX.id, Jakarta - Ini adalah slogan yang membantu menempatkan Donald Trump di Gedung Putih, slogan yang tercantum pada topi, stiker, dan kaos oblong di Amerika Serikat (AS), dan yang telah bergaung di seluruh dunia: “buat Amerika hebat lagi.”

Dan tampaknya calon presiden Indonesia Prabowo Subianto—orang yang kalah dalam Pemilihan Presiden 2014 melawan Joko Widodo alias Jokowi—telah memutuskan untuk menyuntikkan retorika seperti Trump dalam upaya membalikkan keadaan dan mengklaim kemenangan dalam pemilu bulan April 2019.

Namun jangan menuduhnya meniru Presiden AS.

Dalam sebuah pidato minggu lalu kepada Lembaga Dakwah Islam Indonesia—Institut Pendidikan Islam Indonesia, di Jakarta—Prabowo merefleksikan bagaimana Presiden Trump telah mengumumkan perang dagang terhadap China dan berjanji untuk menjadikan “Amerika hebat lagi” dengan kebijakan ‘Amerika Pertama’-nya.

“Mengapa orang Indonesia takut mengatakan ‘Indonesia yang utama, buat Indonesia hebat lagi?’—Indonesia first, make Indonesia great again—Mengapa tidak ada pemimpin Indonesia yang berani mengatakan bahwa yang penting adalah lapangan pekerjaan untuk rakyat Indonesia?”

Munculnya kandidat populis nasionalis yang kuat seperti Trump dan Prabowo adalah fenomena yang terjadi di seluruh dunia.

Kalimat yang dipinjam Prabowo tersebut mendapat tepuk tangan yang riuh dan sangat sesuai dengan posisinya sebagai kandidat nasionalis—orang luar yang akan membela negaranya (seperti Trump) dalam melawan kaum elit, dan berjuang untuk rakyat Indonesia.

Dalam pidato kampanye di Bali pada Jumat (19/10), Prabowo mencerca fakta bahwa kekayaan yang ada di Indonesia hanyalah milik satu persen dari warganya, sementara 99 persen warga lainnya tidak memiliki cukup kekayaan.

Walaupun pendapatnya tentang distribusi kekayaan yang tidak adil memang benar, namun pendapat itu berasal dari seorang pria yang—seperti Trump—adalah bagian dari elit ekonomi dan politik negaranya (Prabowo adalah mantan jenderal tentara kaya yang pernah menikahi putri mantan Presiden Suharto yang lama berkuasa).

Prabowo juga kerap dibandingkan dengan Trump. Pada bulan Maret, pakar Indonesia dari Australian National University, Dr Marcus Mietzner, mengatakan kepada Fairfax Media bahwa Prabowo adalah seorang tokoh seperti Trump: “impulsif, populis, tidak menentu, dan dengan kecenderungan otoriter.”

Komentar itu mengundang respons marah dari tim kampanye Prabowo pada saat itu.

Dan—jika Anda dapat mempercayainya—Prabowo bersikeras bahwa ia tidak meminjam kata-kata tersebut dari Trump.

Beberapa relawan emak-emak (ibu-ibu) Prabowo dengan bangga berpose dengan tanda ‘V’ sambil memegang buku terakhir Prabowo, setelah acara di Bali pada Jumat (19/10). (Foto: The Sydney Morning Herald/James Massola)

“Tidak. (Saya) tidak meniru; siapa yang meminta Anda menanyakan itu?” dia menghardik seorang wartawan Indonesia ketika ditanya tentang kalimat yang mirip kalimat Trump pada minggu lalu.

“Jadi, seperti ini. Saya mengatakan bahwa mengapa negara lain diizinkan untuk mengatakan ‘buat Amerika hebat lagi’, mengapa kita tidak bisa?”

Pada konferensi pers untuk media asing pada Jumat (19/10), Hashim Djojohadikusumo—adik Prabowo dan direktur media dan komunikasi untuk kampanye—menunjukkan bahwa misalnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menggunakan frasa “buat planet ini hebat lagi.”

Irawan Ronodipuro, direktur tim kampanye luar negeri, melangkah lebih jauh.

Lagu kebangsaan negara ini, Indonesia Raya, berarti “Indonesia Hebat” dan nama partai politik Prabowo, Gerindra, adalah kependekan dari “Gerakan Indonesia Raya.”

“Ini adalah gerakan yang membuat Indonesia hebat. Saya pikir, sebaliknya, Donald Trump meniru kami.”

Karena “buat Indonesia hebat lagi” sangat tidak asing di kalangan masyarakat Indonesia, Prabowo dan tim kampanyenya lebih baik berhenti menyangkal sumber yang jelas dari slogan mereka.

Mungkin kemudian mereka akan memiliki kesempatan, untuk memilah-milah slogan Trumpisme lain, misalnya “memenangkan begitu banyak hingga mereka akan bosan menang.”

James Massola adalah koresponden Asia Tenggara, yang berbasis di Jakarta. Dia sebelumnya adalah koresponden politik untuk The Sydney Morning Herald dan The Age, yang berbasis di Canberra. Dia telah menjadi finalis Walkley dan Quills pada tiga kesempatan.

0 comments

    Leave a Reply