Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Kadin Miinta Pemerintah Jaga Daya Beli | IVoox Indonesia

December 23, 2025

Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Kadin Miinta Pemerintah Jaga Daya Beli

kadin

IVOOX.id, Jakarta - Pemerintah diminta menjaga daya beli masyarakat di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat, yakni sebesar 5,02 persen pada kuartal III 2019.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani, menyatakan pemerintah harus bisa membuat kebijakan yang berdampak langsung dalam menjaga daya beli masyarakat, mengingat konsumsi domestik masih menopang untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.

"Konsumsi domestik kita (kontribusinya terhadap pertumbuhan) kurang lebih 55 persen, itu saja sudah 3 persen dari pertumbuhan. Sementara, investasi dan ekspor cukup challenging, jadi yang memang perlu dijaga konsumsi domestik, daya beli masyarakat," kata Rosan usai menghadiri Rakornas Kadin di Jakarta, Selasa (5/11).

Rosan menjelaskan kalangan pengusaha sebetulnya sudah memprediksi bahwa tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar lima persen karena perekonomian dunia yang juga melambat, serta koreksi angka pertumbuhan ekonomi oleh IMF dan Bank Dunia.

Menurut dia, posisi Indonesia yang bukan bagian dari global value chain membuat laju perlambatan ekonomi yang dialami tidak terlalu terpuruk, berbeda dengan negara-negara lain seperti India, China, dan Singapura.

Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, Rosan menilai pengusaha cenderung menahan diri untuk melakukan ekspansi karena permintaan melemah.

"Begitu demand lemah, kita tidak akan ekspansi, pasti kita akan tahan. Kita sudah prediksi perekonomian akan stagnan, apakah kita akan ekspansi, ya tidak," kata Rosan, dikutip Antara

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) merilis perekonomian Indonesia pada kuartal III 2019 tumbuh 5,02 persen (year on year). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 tumbuh 5,04 persen.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didukung konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,01 persen, konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) 7,44 persen dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 4,21 persen.

Selain itu, konsumsi pemerintah yang tumbuh 0,98 persen, ekspor 0,02 persen dan impor yang terkontraksi 8,61 persen ikut memberikan kontribusi kepada perekonomian pada triwulan III 2019.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh peningkatan penjualan eceran riil untuk suku cadang dan aksesoris, perlengkapan rumah tangga lainnya serta makanan, minuman dan tembakau dan sandang.

Selain itu, konsumsi juga terbantu oleh peningkatan volume penjualan listrik PT PLN ke rumah tangga serta tingginya nilai transaksi kartu debit, kredit dan uang elektronik.

Berdasarkan struktur PDB, konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi tertinggi kepada perekonomian nasional yaitu sebesar 56,52 persen diikuti PMTB 32,32 persen.







Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi mengalami perlambatan pada triwulan III-2019 atau hanya tumbuh 4,21 persen, demikian data BPS.

"PMTB tumbuh 4,21 persen dan mengalami perlambatan agak dalam," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (5/11).

Suhariyanto mengatakan bahwa perlambatan ini merupakan yang terendah dibandingkan periode yang sama dalam dua tahun terakhir.

Sebelumnya, laju pertumbuhan PMTB pada periode triwulan III-2017 tercatat sebesar 7,08 persen dan para triwulan III-2018 sebesar 6,96 persen.

Seluruh komponen PMTB dalam periode triwulan III-2019 seperti bangunan, mesin dan perlengkapan, kendaraan, peralatan lainnya, CBR dan produk kekayaan intelektual tercatat mengalami perlambatan.

"Komponen kendaraan bahkan mengalami kontraksi 6,34 persen dibandingkan periode sama tahun 2018 yang tumbuh 4,54 persen," ujarnya.

Meski demikian, ia memproyeksikan kinerja investasi yang melambat ini akan membaik pada triwulan berikutnya seiring dengan kondisi politik yang lebih stabil usai pemerintahan baru.

"PMTB memang melambat pada triwulan tiga, tapi kita berharap pada triwulan empat akan membaik kembali," ujar Suhariyanto.

Sebelumnya, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2019 sebesar 5,02 persen atau sedikit melambat dibandingkan periode sama 2018 sebesar 5,17 persen.

Dalam periode ini, hanya konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil pada kisaran 5,01 persen, karena komponen pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) lainnya melambat.

Selain PMTB, konsumsi pemerintah hanya tumbuh 0,98 persen dan ekspor tercatat naik 0,02 persen pada triwulan III-2019.

Hanya Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh tinggi sebesar 7,44 persen, namun komponen ini hanya menyumbang 1,25 persen dalam struktur PDB.






Terdorong data pertumbuhan ekonomi yang berhasil bertahan di kisaran 5%, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (5/11) terapresiasi 47 poin atau 0,34 persen menjadi Rp13.968 per dolar AS.

Kepala Riset Valbury Asia Future Lukman Leong di Jakarta, Selasa mengatakan data produk domestik bruto (PDB) yang di atas ekspektasi direspon positif oleh pelaku pasar uang sehingga mendorong nilai tukar rupiah berbalik arah setelah sebelumnya mengalami tekanan.

"Meski PDB Indonesia melambat dibandingkan tahun lalu, namun masih dinilai bagus karena sesuai harapan pasar yang tetap berada di atas level lima persen," ujarnya, dikutip Antara.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, PDB Indonesia pada triwulan ketiga 2019 sebesar 5,02 persen, melambat dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 5,17 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 tumbuh 5,04 persen.

"PDB di atas lima persen merupakan hal yang positif di tengah ancaman resesi global. PDB sebesar itu di atas konsensus yang sebesar 4,9 persen," ucapnya.

Ia optimistis pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun ini akan bertahan di atas lima persen, hal itu salah satunya didasari oleh inflasi yang dijaga di level rendah.

Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Oktober 2019 sebesar 0,02 persen secara bulanan (month to month/mtm). Sehingga, inflasi tahunan sebesar 3,13 persen (year on year/yoy).

Ia menambahkan inflasi 2019 diproyeksikan sesuai dengan prakiraan Bank Indonesia yang berada di bawah titik tengah kisaran sasarannya 3,5 persen deviasi satu persen, dan terjaga dalam kisaran sasaran tiga persen pada 2020.

Di sisi lain, lanjut dia, kebijakan Bank Indonesia yang telah melakukan pemangkasan suku bunga pada tahun ini sebanyak empat kali juga terasa dampaknya pada PDB Indonesia.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,00 persen.

"Kebijakan itu merupakan langkah pre-emptive dari BI untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat," ucapnya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.031 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.002 per dolar AS.


0 comments

    Leave a Reply