Peringati Maulid Nabi, Menag Kenalkan Konsep Ekoteologi

IVOOX.id – Menteri Agama Nasaruddin Umar memperkenalkan konsep Kurikulum Cinta dan ekoteologi dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tingkat kenegaraan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis, 4 September 2025.
Maulid Nabi tahun ini mengusung tema besar "Ekoteologi; Keteladanan Nabi Muhammad SAW untuk Kelestarian Bumi dan Negeri." Tema tersebut lahir dari kesadaran pentingnya merawat bumi dan menjaga negeri melalui spirit keteladanan Nabi.
"Kami mencoba memperkenalkan di Kementerian Agama apa yang kami sebut sebagai ekoteologi. Kita ingin ada transformasi dari sistem yang selama ini kita anut, menuju pemahaman tentang Tuhan yang lebih Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pencinta," ujar Menag, dikutip dari Antara, Kamis (4/9/2025).
Ia menyoroti bagaimana selama ini ekspresi keagamaan cenderung didominasi oleh pendekatan maskulin. Padahal menurutnya, semua kitab suci sebenarnya menonjolkan nilai-nilai feminim dan kedekatan dengan alam.
"Semua kitab suci menonjolkan sisi naturely, sisi kasih sayang. Tapi kenapa justru para pemeluknya lebih sering menonjolkan sisi maskulin, bahkan sampai over-maskulin?," kata Nasaruddin.
Ia mengatakan saat ini Kementerian Agama juga terus mematangkan konsep kurikulum cinta. Yakni pendekatan pendidikan yang berlandaskan pada cinta dan kasih sayang terhadap makhluk bernyawa maupun tidak bernyawa.
Konsep Kurikulum Cinta diyakini dapat melahirkan pemahaman keagamaan yang lebih lembut, inklusif, dan mencerahkan. Ekoteologi bagian dari konsep tersebut.
"Dengan Kurikulum Cinta dalam pelajaran agama, kita bisa mengubah dari maskulin jadi lebih lembut dan mencerahkan bagi kita semua," kata dia.
Nasaruddin juga mengingatkan pentingnya mencintai semua makhluk hidup, termasuk tumbuhan, hewan, dan lingkungan, sebagai bagian dari ekspresi keimanan.
"Tumbuh-tumbuhan dan binatang juga membutuhkan kasih sayang agar tetap lestari. Begitu pula dengan alam semesta. Ia bukan benda mati. Dalam Al Quran banyak ayat yang menjelaskan bahwa alam semesta bertasbih. Mereka pun memerlukan perhatian kita," ujarnya.
Ia menegaskan inti ajaran seluruh agama adalah cinta, dan jika cinta telah meresap ke dalam pikiran dan hati manusia, maka kehidupan akan menjadi lebih indah.
"Apabila cinta sudah bekerja dalam pikiran dan hati kita, maka semuanya akan indah. Tapi jika tidak ada cinta, maka sebaliknya," kata dia.
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, Nasaruddin mengajak seluruh elemen bangsa untuk lebih menonjolkan aspek persamaan dan menanggalkan sikap yang berlebihan dalam menekankan perbedaan.
"Mari kita kedepankan cinta dalam masyarakat plural seperti Indonesia. Kita sangat memerlukan persatuan. Tidak ada untungnya jika kita selalu menitikberatkan perbedaan," katanya.
Dalam peringatan Maulid Nabi tingkat kenegaraan ini dihadiri Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Peringatan Maulid Nabi Tingkat Kenegaraan Digelar di Istiqlal
Kementerian Agama (Kemenag) mengumumkan peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam (SAW) tingkat kenegaraan 1447 Hijriah digelar di Masjid Istiqlal pada Kamis 4 September 2025 yang diawali dengan istighasah, doa, serta zikir kebangsaan.
"Semangat kasih sayang dan persaudaraan yang dibawa Nabi Muhammad SAW harus kita aktualisasikan dalam kehidupan berbangsa," ujar Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi di Jakarta, Kamis (4/9/2025), dikutip dari Antara.
Zayadi menjelaskan Maulid Nabi tahun ini mengusung tema besar "Ekoteologi; Keteladanan Nabi Muhammad saw. untuk Kelestarian Bumi dan Negeri." Tema tersebut lahir dari kesadaran pentingnya merawat bumi dan menjaga negeri melalui spirit keteladanan Nabi.
Menurutnya, pesan ekoteologi dalam Maulid tahun ini sangat relevan dengan tantangan global yang dihadapi masyarakat modern, baik dalam aspek lingkungan maupun kebangsaan.
"Kita ingin agar peringatan Maulid tidak berhenti di ruang ibadah, tetapi memancar menjadi energi perubahan sosial, ekologis, dan kebangsaan," kata dia.
Ahmad Zayadi mengatakan Maulid ini terbuka untuk jamaah umum. Ia berharap acara ini menjadi momentum kebangsaan sekaligus penguatan spiritualitas umat.
Menurutnya, maulid tingkat kenegaraan bukan hanya seremoni keagamaan, tetapi juga wahana rekonsiliasi sosial.
Momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu relevan untuk membangun harmoni, menumbuhkan semangat kebersamaan, serta memperkuat kohesi nasional.
"Dalam kondisi bangsa yang dinamis, kita membutuhkan energi spiritual yang menyejukkan. Maulid Nabi dapat menjadi wasilah untuk merajut rekonsiliasi nasional," ujar Zayadi.
Ia menjelaskan peringatan maulid tahun ini dikemas dengan pendekatan yang lebih inklusif. Istighasah akan menjadi pembuka rangkaian acara sebagai doa kolektif bangsa.
Keterlibatan masyarakat dalam doa bersama ini mencerminkan bahwa Maulid Nabi bukan hanya milik umat Islam, tetapi juga bagian dari kebersamaan bangsa Indonesia.

0 comments