Pengungsi Palestina Perlu Dana Rp2,8 Triliun | IVoox Indonesia

May 4, 2025

Pengungsi Palestina Perlu Dana Rp2,8 Triliun

pengungsi-palestina-perlu-dana-rp2-8-triliun-OiA

IVOOX.id, Jakarta - Badan Pekerja dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) menyatakan sekolah-sekolah dan pusat kesehatan pengungsi Palestina terancam berhenti beroperasi jika tak mendapat bantuan dana.

Dibutuhkan dana sebesar USD185 juta (Rp2,8 triliun) agar sekolah-sekolah dan pusat kesehatan itu tetap beroperasi hingga akhir tahun ini. “Saat ini kami memiliki uang di bank yang akan cukup hingga pertengahan Oktober,” kata Pierre Krahenbuhl, Komisioner Jenderal UNRWA di New York saat para pemimpin dunia menghadiri Sidang Umum PBB, kemarin.

“Tapi jelas bahwa kami masih perlu sekitar USD185 juta agar dapat memastikan semua layanan kami, sistem pendidikan, layanan kesehatan, pemulihan dan sosial serta pekerjaan darurat kami di Suriah dan Gaza khususnya dapat berlanjut hingga akhir tahun,” ujar Krahenbuhl, dikutip kantor berita Reuters.

Amerika Serikat (AS) bulan lalu mengumumkan menghentikan bantuan untuk UNRWA yang memicu ketegangan antara pemimpin Palestina dan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

UNRWA menyediakan layanan pada sekitar 5 juta pengungsi Palestina di Yordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat dan Gaza. Sebagian besar adalah keturunan sekitar 700.000 warga Palestina yang terusir dari rumah mereka saat perang 1948 yang memicu lahirnya Israel.

Washington menyebut bertambahnya jumlah pengungsi Palestina dalam keputusan penghentian pendanaannya. AS selama ini menjadi pendonor terbesar UNRWA.

Dalam pemerintahan AS sekarang, rakyat Palestina semakin teralienasi dengan berbagai langkah Washington seperti mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Kebijakan ini mengubah posisi AS sepanjang sejarah.

Langkah itu membuat para pemimpin Palestina memboikot upaya perdamaian AS di Timur Tengah yang dipimpin Jared Kushner, penasehat senior dan menantu Trump.

Krahenbuhl membandingkan hak kembali pengungsi Palestina dengan pengungsi Muslim Rohingya yang terusir dari Myanmar dan kini tinggal di Bangladesh. Krahenbuhl juga menyamakan dengan kembalinya pengungsi Muslim Bosnia ke wilayah yang berada dalam kontrol Serbia pada 1990-an.

“Jadi satu-satunya pertanyaan ialah mengapa pengungsi Palestina menjadi satu masyarakat yang pertanyaan ini tidak boleh ditanyakan,” tegas Krahenbuhl.

Sementara itu, ketegangan masih terjadi di perbatasan antara Israel dan Gaza. Tentara Israel kembali menembak mati seorang pria Palestina dan melukai puluhan orang lainnya saat mereka berunjuk rasa dekat perbatasan pada Senin (24/9).

Pejabat kesehatan Gaza menyatakan sebanyak 90 orang terluka, 10 orang terkena peluru tajam. Sejak warga Gaza menggelar unjuk rasa pada 30 Maret, tentara Israel telah menewaskan 184 warga Palestina. Seorang sniper Gaza menewaskan satu tentara Israel.

0 comments

    Leave a Reply