Penanganan Konflik Satwa Liar Buaya Muara di Teluk Kupang

IVOOX.id, Kupang - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur (BBKSDA NTT) melalui Tim Wildlife Response Unit (WRU) melakukan upaya penanganan terpadu untuk mengatasi konflik satwa liar, buaya muara dengan manusia. Pemantauan terhadap posisi buaya muara terus dilakukan agar tidak menimbulkan keresahan warga. Kepala BBKSDA NTT, Timbul Batubara mengarahkan agar dalam penanganan terpadu ini Tim WRU berkoordinasi dengan Tokoh Adat, Tokoh Agama, Lurah dan Aparat serta Tokoh Masyarakat sekitar Teluk Kupang. Selain itu, papan himbauan dipasang dan ditambah lebih banyak di pesisir Teluk Kupang serta terus melakukan pengawasan dan memasang Perangkap Apung (Floating Traps) mengingat buaya muara masih berkeliaran di sekitar lokasi.
Sejak kemunculannya yang memakan korban pada tanggal 22 Oktober 2020, hingga saat ini Tim WRU bersama instansi terkait, Dinas Perikanan dan Kelautan, melakukan monitoring ke tempat kejadian perkara. Mencermati hal ini, Timbul Batubara telah menyampaikan sosialisasi melalui Pro3 RRI NTT dan menghimbau kepada semua pihak dan khususnya kepada Masyarakat.
"Kami menghimbau kepada masyarakat, khususnya yang beraktifitas di pantai Teluk Kupang agar lebih meningkatkan kewaspadaan dan berhati-hati. Selain itu, hindarkan ternak peliharaan agar tidak berkeliaran di tepi pantai Teluk Kupang. Yang tidak kalah penting juga adalah jangan membuang bangkai, sisa makanan, daging atau ikan ke pesisir pantai karena aroma amis akan mengundang buaya muara datang ke lokasi tersebut. Kepada masyarakat umum, apabila menjumpai adanya kemunculan Buaya Muara di sekitar pantai, khususnya di Teluk Kupang, segera menghubungi Call Center BBKSDA NTT," tegasnya.
Konflik satwa liar buaya muara (Crocodylus porosus) dengan terjadi di Provinsi NTT, tepatnya di Kota Kupang. Peristiwa ini terjadi pada hari Kamis (22 Oktober 2020) sekitar pukul 19.00 WITA di area pesisir Kelurahan Fatubesi, Kecamatan Kota Lama. Call Center BBKSDA NTT mendapat laporan adanya serangan buaya muara kepada warga yang sore itu sedang mencari ikan secara tradisional dengan menyelam dan memakai senjata panah. Merespon laporan tersebut, Tim WRU BBKSDA NTT segera terjun ke lapangan dan mengumpulkan informasi tentang korban.
"Penanganan Konflik buaya muara dengan manusia yang terjadi di wilayah kerja BBKSDA NTT harus ditangani secara tepat dan komprehensif dan terpadu dengan melibatkan Tiga Pilar (Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Pemerintah). Hal ini sangat penting karena adanya kearifan lokal yang diyakini oleh masyarakat setempat bahwa buaya memiliki ikatan batin dan hubungan yang erat dengan nenek moyang. Oleh sebab itu penanganan konflik diupayakan untuk dapat menghindarkan keresahan warga," pungkas Timbul Batubara.
Saat ini BBKSDA NTT Bersama Instansi terkait Kepolisian Polsek Kepala Lima, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Tokoh Agama terus bekerjasama berupaya untuk mengamankan satwa liar Buaya Muara. Tim WRU BBKSDA NTT juga akan memasang umpan dengan pancing (Senar bite) untuk mengevakuasi buaya muara ini. Masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak menjadi resah dengan keberadaan buaya muara ini.

0 comments