Pemprov Banten Berencana Bangun PLTB di Ujung Kulon

IVOOX.id – Pemerintah Provinsi Banten menyiapkan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di kawasan pesisir selatan sebagai bagian dari percepatan energi baru terbarukan untuk menekan emisi gas rumah kaca.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Banten Ari James Faraddy menyebut proyek tersebut akan dibangun dari batas Taman Nasional Ujung Kulon sampai ke Pelabuhan Ratu dengan kapasitas sekitar 200 megawatt (MW).
“Sudah ada yang akan melakukan investasi di sana,” ujar Ari di Serang, Jumat (5/12/2025), tanpa menyebut nama investor PLTB tersebut, dikutip dari Antara.
Menurut Ari, investor telah memasang instrumen monitoring untuk mengukur kecepatan dan ketinggian angin. Namun proses penelitian tidak dapat dilakukan secara instan.
“Tenaga bayu ini tidak sembarangan, tidak bisa hanya seminggu memasang alat. Harus berbulan-bulan, bahkan minimal satu tahun,” katanya.
Ia menjelaskan perlunya data angin yang akurat sebelum konstruksi dimulai.
Selain itu ia menegaskan potensi energi angin di Banten cukup besar, baik di darat maupun laut. “Banyak investor yang mau masuk, ada yang mau memasang (alat) di darat, dan ada juga yang akan memasang di laut,” ujarnya.
Ari mengungkapkan seluruh rencana pengembangan energi terbarukan di Banten sudah tercantum dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik PT PLN, termasuk panas bumi dan tenaga surya.
“Nanti ada investor akan membangun pembangkit tenaga surya terbesar di Indonesia, 400 MW rencananya di Lebak,” katanya.
Pembangunan PLTB disebut berperan penting dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Pihaknya akan memulai 12.000 MW dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dihasilkan dari energi fosil yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.
"Bagaimana kita bisa mengurangi emisi kalau kita tidak membangun sebanyak-banyaknya EBT (Energi Baru Terbarukan) di Banten?” ujar Ari.
Dua titik pengembangan PLTB akan terhubung dalam sistem kelistrikan Jawa–Madura–Bali (Jamali) untuk memperkuat keandalan pasokan listrik regional. “Kita tinggalnya di Jamali. Makanya jangan sampai down satu di sini, mati semua,” katanya.
Mengenai target penyelesaian proyek, Ari belum dapat memastikan jadwal karena masih menunggu rampungnya studi kelayakan (FS) dan desain detial (DED). “Kita berharap sebelum tahun 2024, sesuai dengan rencana umum penyelesaian penelitian FS-nya. Tapi mudah-mudahan sudah,” ujarnya.
Ia menambahkan dua perusahaan telah menyatakan komitmen untuk berinvestasi, namun tetap menunggu finalisasi kajian angin.
“Harus tahu ketinggian berapa meter, kecepatannya berapa. Jangan sampai kita menempatkan PLTB di sini dan ketinggiannya 10 meter, ternyata angin yang paling concern-nya 12 meter. Salah lagi. Pembangunan sudah mahal,” tutup Ari.


0 comments