Pemerintah Targetkan Dekontaminasi Cesium di Cikande Rampung Dua Pekan | IVoox Indonesia

October 31, 2025

Pemerintah Targetkan Dekontaminasi Cesium di Cikande Rampung Dua Pekan

Personel KBRN Gegana Polri memeriksa paparan radiasi Cesium-137
Personel KBRN Gegana Polri memeriksa paparan radiasi Cesium-137 pada masyarakat terdampak di Puskesmas Cikande, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (22/10/2025). ANTARA/Devi Nindy

IVOOX.id – Pemerintah menargetkan proses dekontaminasi akibat paparan radioaktif Cesium-137 di Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten, dapat selesai dalam waktu dua pekan.

Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup, Rasio Ridho Sani, menyatakan langkah cepat ini dilakukan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan masyarakat yang terdampak.

“Langkah-langkah ini kita lakukan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan masyarakat. Ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk bekerja cepat dan menjaga keamanan publik,” kata Rasio Ridho Sani di Puskesmas Cikande, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (22/10/2025), dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan, pemerintah telah memulai proses relokasi sementara terhadap 19 keluarga atau 64 jiwa yang tinggal di zona merah paparan Cesium-137.

Sebelum direlokasi, setiap warga menjalani pemeriksaan paparan radiasi, dekontaminasi barang-barang yang melekat di tubuh, serta pemeriksaan kondisi kesehatan dan pengambilan sampel darah di Puskesmas Cikande.

“Proses hari ini kita mulai dengan pemeriksaan kesehatan, screening terhadap masyarakat saat mereka keluar dari rumah, termasuk barang-barang yang mereka bawa,” ujarnya.

“Setelah itu, mereka ditempatkan di hunian sementara yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Serang,” ujarnya.

Rasio menyebut proses dekontaminasi lapangan melibatkan tim lintas lembaga, termasuk BRIN, Bapeten, KBRN Gegana Brimob, Nubika Zeni TNI AD, serta KLH.

“Kami pastikan semua langkah ini dilakukan dengan standar keselamatan tertinggi, karena keselamatan masyarakat adalah prioritas utama,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Rasio juga melakukan pendekatan persuasif kepada warga agar bersedia direlokasi demi keselamatan bersama.

“Kami bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Serang, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BPBD, serta unsur TNI dan Polri. Langkah-langkah ini untuk meyakinkan masyarakat bahwa yang kami lakukan ini demi kesehatan mereka,” katanya.

Selain memberikan penjelasan langsung, Rasio juga menyerahkan bantuan sembako kepada warga terdampak sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kondisi sosial ekonomi mereka selama proses dekontaminasi berlangsung.

Hingga saat ini, pemerintah mencatat 20 dari 22 industri di kawasan Cikande yang sempat terdeteksi kontaminasi Cesium-137 telah dinyatakan bersih atau clean and clear, sementara dua lainnya masih dalam tahap dekontaminasi.

“Sampai hari ini, 20 industri sudah dinyatakan clean and clear, dan dua sedang dalam proses. Ini menunjukkan bahwa dekontaminasi sudah berjalan baik dan terkendali,” ujarnya.

Ia menambahkan, tim gabungan juga telah melakukan pemeriksaan terhadap sekitar 26.000 kendaraan sejak 1 Oktober untuk memastikan tidak ada kontaminasi baru.

“Sampai hari ini belum ditemukan lagi adanya kontaminasi Cesium-137 pada kendaraan yang keluar-masuk kawasan industri Cikande,” katanya.

Rasio menegaskan, pemerintah berkomitmen menuntaskan proses dekontaminasi maksimal dalam dua minggu. “Kami harapkan paling lama dua minggu ini selesai. Kalau bisa lebih cepat, tentu lebih baik,” katanya.

Jalur Penyebaran Cesium Melalui Udara dan Slag Logam

Sebelumnya, Satuan Tugas Penanganan Radiasi di kawasan industri Cikande, Kabupaten Serang, Banten, memaparkan dua jalur utama penyebaran kontaminasi radionuklida Cesium-137 (Cs-137), yakni melalui udara (airborne) dan limbah slag logam hasil peleburan.

Temuan ini menjadi dasar perluasan area dekontaminasi dan relokasi sementara warga terdampak.

“Jalur pertama adalah udara akibat aktivitas industri di sekitar kawasan ini. Jalur kedua melalui slag, yakni limbah hasil peleburan logam yang digunakan untuk reklamasi,” kata Dirbinjihandak dan Nubika Pusziad TNI AD Kolonel Czi Yudil Hendro di Serang, Senin (20/10/2025), dikutip dari Antara.

Menurutnya, limbah slag berbentuk seperti kerikil itu diduga digunakan untuk mengurug lahan di beberapa titik di Desa Sukatani dan sekitarnya.

“Dari hasil identifikasi di lapangan, dua faktor inilah penyebab utama perpindahan kontaminasi Cs-137. Ada indikasi partikel halus terbawa angin dan mengendap di permukaan tanah,” ujarnya.

Tim Nubika bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) telah memetakan zona paparan untuk mencegah aktivitas masyarakat di area berisiko tinggi.

Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup Rasio Ridho Sani mengatakan hasil survei lapangan menunjukkan paparan radiasi tidak hanya di udara, tetapi juga di lapisan tanah permukaan.

“Kita baru mendeteksi kontaminasi di lapisan atas. Untuk memastikan kondisi bawah, perlu dilakukan pengeboran (coring) dan pembersihan lapisan (stripping),” ujarnya.

Ia menegaskan, prosedur stripping baru dilakukan setelah wilayah sekitar benar-benar aman bagi petugas dan warga. “Kami tidak bisa mengambil risiko. Proses dekontaminasi harus mengikuti protokol keselamatan radiasi yang ketat,” kata Rasio menegaskan.

Rasio juga mengungkapkan, sumber material slag yang diduga terkontaminasi masih dalam penyelidikan oleh aparat penegak hukum. “Kami ingin memastikan tidak ada lagi praktik penggunaan slag tanpa pengawasan, agar kejadian serupa tidak terulang,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kegiatan industri di kawasan Cikande tetap diperbolehkan berjalan dengan pengawasan ketat dari Bapeten dan KLH. “Fokus kami menjaga keseimbangan antara keselamatan masyarakat dan keberlanjutan industri,” katanya.

Upaya mitigasi dilakukan secara terpadu oleh KLH, Bapeten, BRIN, BNPB, TNI AD, dan Polri. “Langkah-langkah ini bukan hanya untuk menuntaskan paparan radiasi Cs-137, tetapi juga membangun sistem pengawasan yang lebih kuat agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan,” ujar Rasio.

0 comments

    Leave a Reply