Dua Rektor Angkat Bicara Soal Dihapusnya Skripsi Mahasiswa

IVOOX.id - Dua Rektor Universitas Negeri angkat bicara soal dihapusnya skripsi mahasiswa sebagai syarat kelulusan yang telah ditetapkan pada Permendikbudristek No. 53 tahun 2023 oleh Kemendikbudristek. Nadiem Makarim Mendikbudristek menetapkan peraturan itu saat peluncuran Merdeka Belajar Episode Ke-26 yang bertajuk Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi, Selasa (29/9/2023)
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ova Emilia berpendapat kebijakan pemerintah yang memberikan opsi kuliah tanpa skripsi sebagai tugas atau karya akhir mahasiswa tidak akan menurunkan mutu pendidikan perguruan tinggi.
"Saya kira bukan menurunkan mutu, tapi bagaimana kita memaknai karya akhir itu dalam berbagai format," ujar Ova Emilia saat ditemui di Gedung Pusat UGM, Yogyakarta, Kamis (1/9/2023).
Ova menyadari selama ini skripsi dipahami sebagai satu-satunya bentuk tugas akhir mahasiswa, padahal sejatinya dapat pula diwujudkan dalam berbagai bentuk karya sesuai dengan kompetensi program studi yang digeluti.
"Kalau dia belajar seni, masak skripsi? Kan bisa saja membuat sebuah gubahan atau mungkin suatu patung sebagai karya jadi artinya karya akhir dari suatu jenjang pendidikan," tutur Ova.
Meski demikian, menurut Ova, UGM masih akan melakukan kajian internal terkait implementasi dari aturan baru Mendikbudristek Nadiem Makarim yang tidak lagi mewajibkan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa S1 dan D4.
Sarjana dengan orientasi mau jadi ilmuwan, mau jadi praktisi atau mau jadi birokrat atau apa itu (opsi tanpa skripsi) harus tersedia," kata dia.
Hampir senada dengan Ova,Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Dr Syamsul Gultom, SKM, MKes, menilai tugas skripsi masih jauh lebih memberi manfaat dalam melatih mahasiswa menerapkan langkah-langkah metode ilmiah atau berfikir ilmiah.
"Tidak ada penghapusan skripsi, yang ada adalah pilihan bentuk tugas akhir lain yang dapat diberikan untuk menggantikan skripsi," katanya, di Medan, Sumatera Utara, Kamis (31/8/20230).
Ia menyebutkan ketika menyusun skripsi mahasiswa dilatih untuk merumuskan masalah, mencari jawaban teoritis, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data dan menguji hipotesis, melakukan pembahasan, dan membuat simpulan.
Semua tahapan tersebut, kata dia, dibuat dalam sebuah laporan penelitian yang kemudian dapat dilanjutkan dengan membuat suatu karya ilmiah yang dipublikasikan untuk dibaca, dinilai, disitasi orang lain untuk dilanjutkan/dikembangkan penelitiannya oleh orang lain sehingga bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan penerapannya untuk kemaslahatan masyarakat.
"Unimed ingin agar alumni nya sejak dini terbiasa berfikir dan bertindak ilmiah, bergaul di masyarakat ilmiah, punya ide/gagasan dan temuan ilmiah yang dikomunikasikan/disosialisasikan lewat publikasi dan diunggah di situs-situs yang dapat diakses masyarakat luas," katanya .
Menururtnya skripsi bukan beban, melainkan sarana mahasiswa untuk mendayagunakan semua ilmu yang telah diterima sejak masuk kuliah. "Bagi mahasiswa Unimed mengerjakan skripsi bukan hal yang sulit karena sudah terlatih sejak awal," pungkasnya.

0 comments