Palu, Mutiara di Pinggir Khatulistiwa
IVOOX.id, Palu - Proyek Strategis Nasional pembangunan jaringan backbone serat optik di wilayah tengah Indonesia atau Palapa Ring Tengah saat ini sudah selesai dan mulai beroperasi. Proyek ini meliputi 17 kabupaten/kota layanan dan 10 kabupaten/kota penghubung/interkoneksi di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Kalimantan Timur.
Pascabencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi dua tahun lalu, Sulawesi Tengah kini bangkit.
Masyarakat yang tinggal di wilayah geografis unik ini perlahan kembali menata kehidupan. Perekonomian kembali bangkit, pemerintahan kembali berjalan, pembangunan kembali terjadi, dan aktivitas masyarakat kembali normal.
Seluruh pihak, baik pemerintah maupun swasta, bahu-membahu kembali membangun wilayah ini. Salah satunya ialah Badan Akses Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang turun memperbaiki jaringan komunikasi yang sempat porak poranda.
Seluruh provider telekomunikas langsung ikut turun atas arahan Bakti Kominfo untuk kembali memperbaiki jaringan komunikasi serta memasang 60 telepon satelit di seluruh posko pusat bantuan.
Selain itu, bantuan makanan dan medis juga ikut diturunkan.
Kepala Dinas Kominfo Provinsi Sulawesi Tengah Ichsan Hamzah menyampaikan, pembangunan jaringan koneksi yang dilakukan Bakti Kominfo amat berarti dalam pemulihan wilayah pascabencana dua tahun lalu di Palu. Saat itu, koneksi internet memang amat dibutuhkan untuk tetap tersambung satu sama lain.
“Kami dari sektor pemerintah pun langsung ikut merasakan manfaatnya, saat itu kami memang sangat butuh banget dan langsung terwujud,” ungkap Ichsan dalam tayangan Bakti untuk Negeri di Metro TV, Kamis (29/10).
Menurut Ichsan, perkembangan internet sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Ini pun yang menunjang perilaku kehidupan berbisnis dan keseharian masyarakat.
“Sekarang dalam kondisi pandemi pun untuk berbagai pertemuan kita mengandalkan jaringan internet. Kemajuan teknologi informasi ini luar biasa amat membantu,” ungkap Ichsan.
Musikus yang menjadi salah satu penyintas likuefaksi ini tetap hidup dengan menjadi wirausahawan. Andi Kharisma, yang kini berprofesi sebagai pembuat gitar, bisa melatih keterampilannya dengan koneksi internet.
“Saya belajar membuat gitar otodidak melalui Youtube. Bagaimana cara membentuk, melengkungkan kayu, dan lainnya, kira-kira butuh enam bulan untuk sampai bisa menghasilkan karya yang memuaskan,” jelas dia.
Selain itu, Andi pun memanfaatkan penjualan secara daring di jejaring sosial, seperti Facebook dan Instagram. Baginya, jejaring sosial sangat ampuh dalam pemasaran produknya hingga pelosok negeri.
Pemerataan kesehatan
Di sektor kesehatan, jaringan internet juga amat membantu dalam pemerataan layanan. Saat ini, seluruh rumah sakit saling terkoneksi sehingga tiap warga cepat mendapatkan layanan medis.
Dr Franklin Sinanu, salah satu dokter spesialis bedah saraf di salah satu RS Kota Palu, mengaku dengan adanya jaringan internet cepat, program sistem rujukan terpadu (sisrute) bisa berjalan. Dengan adanya koneksi internet, rujukan di dalam provinsi atau di luar provinsi bila diperlukan terlaksana dengan cepat.
“Sebelum ada rujukan kan lama sekali, dimulai beberapa tahun terakhir dengan menghubungkan semua RS dengan sistem rujukan,” jelas dia.

0 comments