Pakar Komunikasi Digital UI Sebut Perkembangan AI di Indonesia Melesat, Berdampak Pada Ekonomi Digital

IVOOX.id – Perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di Indonesia dinilai melaju cepat dan tidak tertinggal dari negara lain. Hal itu disampaikan Pakar Komunikasi Digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, dalam wawancara langsung terkait penggunaan dan dampak teknologi AI di sektor ekonomi digital.
Firman menilai adopsi AI di Indonesia berlangsung sangat agresif. “Ya kalau kita lihat perkembangan AI di Indonesia ini tidak ketinggalan dari negara lain, baik kalau kita lihat dari versi yang digunakan di Indonesia maupun jenis penggunaannya itu kita bahkan merupakan salah satu negara yang paling agresif, yang paling maju di Asia selain China,” ujarnya saat dihubungi ivoox.id Senin (17/11/2025). Ia mencontohkan penggunaan teknologi seperti CGPT-5 dan perangkat visual berbasis AI yang kini sudah banyak digunakan kreator konten hingga pelaku industri.
Menurutnya, pemanfaatan AI sudah terlihat jelas baik di organisasi maupun perusahaan. Meski tingkat optimalisasi masih perlu ditingkatkan, penggunaan teknologi ini telah menjadi bagian dari operasional di banyak lini. “Artificial intelligence ini digunakan cukup intensif,” katanya.
Firman juga menyoroti pesatnya penggunaan AI di industri e-commerce, yang kini memanfaatkan teknologi tersebut untuk mempertemukan pembeli dan penjual dengan lebih tepat. Ia menyebut hal itu sebagai bagian dari tujuan utama pengembangan platform digital. “Pengembangan artificial intelligence ini bertujuan untuk urusan pertumbuhan ekonomi,” katanya. Ia mencontohkan bagaimana perusahaan global seperti Amazon mampu membaca pola perilaku konsumen hingga empat langkah ke depan melalui analisis data besar.
Teknologi ini, kata Firman, mengurangi ketidakpastian bagi pelaku usaha sekaligus meningkatkan peluang keberhasilan investasi. Mereka bisa memprediksi produk apa yang berpotensi diminati konsumen, mengurangi risiko kerugian, serta menyasar audiens melalui iklan yang lebih tertarget. “Konsumen itu merasa dipahami, dikenali dan sepertinya kebutuhannya itu diketahui dengan tepat,” ujarnya.
Namun di sisi lain, personalisasi yang terlalu presisi dapat membuat konsumen menjadi impulsif. Firman menegaskan bahwa tidak semua yang ditawarkan benar-benar merupakan kebutuhan asli pengguna. “Konsumen harus tahu itu tidak murni dari kebutuhannya dia,” ujarnya.
Pada akhirnya, Firman melihat perkembangan AI akan semakin merata dan tidak bisa dihindari. “Sangat meluas dan merata, jadi memang eranya tidak bisa dihindari,” ujarnya. Ia menyebut era ini sebagai lompatan besar baru setelah munculnya web, komputer, dan internet, di mana AI kini menjadi teknologi yang paling banyak memengaruhi berbagai aspek kehidupan.


0 comments