Pakar IT Ungkap Pro dan Kontra Peluncuran Starlink di Indonesia

IVOOX.id - Pakar sekaligus praktisi IT (Informations Technology) Alfons Tanujaya memberikan pandangannya terkait diluncurkanya Starlink milik Elon Musk di Indonesia. Ia menggarisbawahi adanya pro dan kontra yang muncul di masyarakat.
Ia menyebut, Hingar bingar Starlink menuai pro dan kontra di kalangan netizen dan praktisi IT Indonesia.
Ada yang menghubungkan dengan kebocoran data dan khawatir data orang Indonesia bocor hanya karena menggunakan Starlink, tetapi mereka tidak khawatir dengan kabel fiber (FO) yang notabene juga melewati negara asing seperti Singapura dan menuju pusat internet dunia Amerika Serikat.
Alfons juga menyoroti kekhawatiran sebagian masyarakat tentang potensi mata-mata yang dilakukan melalui Starlink.
"Ada yang bilang takut dimata-matai karena menggunakan Starlink, tetapi apakah Anda sadar kalau Anda menggunakan WhatsApp, Google Maps, dan ponsel Android atau iPhone saja Anda sudah dengan sukarela dimata-matai? Kalau tidak dimata-matai oleh penguasa software Amerika Serikat, yah sama penguasa hardware China," ujar Alfons saat dihubungi Ivoox.id, Rabu (22/5/2024)
Menyinggung potensi penyalahgunaan Starlink oleh kelompok separatis seperti OPM, Alfons memberikan analogi yang menarik.
"Lalu ada lagi yang bilang Starlink akan dimanfaatkan oleh OPM, ibaratnya ada sepeda motor dipakai begal untuk merampok, lalu karena itu tidak boleh ada yang pakai sepeda motor dan semua harus pakai sepeda onthel," katanya.
Alfons juga menanggapi kekhawatiran mengenai dampak Starlink terhadap industri telekomunikasi dalam negeri. "Ada pula yang bilang Indonesia berpotensi rugi dan hal ini akan mengancam industri telekomunikasi dalam negeri.
Mereka ingin pemerintah memproteksi industri dalam negeri yang disinyalir ingin mengandalkan perlindungan dari pemerintah untuk kelangsungan hidup perusahaan tanpa mempedulikan perkembangan teknologi dunia yang sedemikian pesat," ungkapnya.
Selanjutnya menurut Alfons, perkembangan teknologi selalu akan mengarah pada perubahan yang lebih efisien, cepat, handal, dan murah.
"Dalam dunia teknologi Telco dan IT, kanibal teknologi lama oleh teknologi baru memang terjadi. Setiap kali muncul teknologi baru, maka teknologi lama akan dikanibal. Ini memang merupakan sifat dari dunia teknologi yang selalu disempurnakan. Kalau ngotot berkutat pada teknologi lama dan tidak siap menghadapi perubahan, siap-siap saja mengalami kerugian besar akibat salah mengambil keputusan atau investasi di bidang IT," tegasnya.
Alfons menjelaskan bahwa satelit LEO (Low Earth Orbit) seperti Starlink bekerja mirip dengan router WiFi atau tower telekomunikasi yang memberikan koneksi internet kepada perangkat dalam jangkauannya.
"Dengan posisinya yang sangat tinggi dari muka bumi, maka satelit LEO memiliki keleluasaan terhubung dengan antena dan stasiun bumi lintas negara. Hal ini memunculkan kekhawatiran data komunikasi internet satu negara dipancarkan ke stasiun bumi di negara lain dan dianggap berpotensi mengancam kedaulatan data negara dan melanggar peraturan atau Undang-Undang," jelas Alfons.
Namun, menurut Alfons, kekhawatiran atas bocornya data koneksi internet sebenarnya agak berlebihan karena data internet ini terenkripsi.
"Sebenarnya agak lucu juga melihat kekhawatiran berlebih atas bocornya data koneksi internet ini karena sebenarnya data internet ini terenkripsi dan secara teknis sangat sulit untuk membaca data yang terenkripsi ini. Memang ada data lain seperti metadata dan data tambahan lainnya, tetapi ini adalah hal yang sudah umum terjadi di layanan internet yang ada saat ini," tambahnya.
Alfons juga menyoroti manfaat besar yang bisa diperoleh Indonesia dari kehadiran Starlink. "Manfaat koneksi internet itu jauh lebih besar daripada biaya membayar koneksi internet yang dibayarkan. Kontribusi ekonomi digital terhadap GDP Indonesia pada tahun 2018 adalah 814 triliun rupiah atau menambah 5.5% dari GDP dan menambahkan 4.5% kesempatan kerja baru atau sekitar 5.7 juta kesempatan kerja," paparnya.
Menurutnya, kehadiran Starlink dapat memberikan pemerataan akses informasi dan layanan digital bagi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk di daerah-daerah terpencil.
"Keunggulan internet berbasis LEO dibandingkan internet berbasis kabel adalah cakupannya yang sangat luas dan kecepatan internet berbasis kabel tidak bisa merata secara geografis. Kecepatan internet berbasis LEO memiliki keunggulan merata, memberikan pemerataan akses informasi dan layanan digital bagi seluruh pengaksesnya," jelas Alfons.
Alfons menegaskan bahwa persaingan dalam bisnis internet yang ditimbulkan oleh Starlink akan menguntungkan konsumen dan memaksa penyedia layanan internet lokal untuk berbenah diri.
"Adanya Starlink ini secara tidak langsung meningkatkan aura persaingan dalam bisnis internet. Dan berbeda dengan proteksionisme yang menimbulkan monopoli dan inefisiensi, persaingan usaha pada akhirnya akan mengakibatkan efisiensi dan menguntungkan konsumen," pungkasnya.

0 comments