Pakar Ingatkan Faktor Keselamatan pada Program Mudik Gratis Nataru 2024/2025

IVOOX.id – Penyelenggaraan mudik gratis pada masa angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 tidak cukup didasarkan pada angka statistik survei, tetapi juga harus mempertimbangkan fakta di lapangan agar lebih tepat sasaran. Djoko Setijowarno, akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata sekaligus Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat, menyoroti pentingnya evaluasi program mudik gratis yang selama ini dilaksanakan pemerintah.
“Keselamatan transportasi wisata harus benar-benar mendapat perhatian khusus,” kata Djoko kepada ivoox.id Minggu (8/12/2024).
Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 kembali menjadi momen pergerakan masyarakat dalam jumlah besar. Berdasarkan survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, diperkirakan 110,67 juta orang (39,30%) akan melakukan perjalanan selama periode ini. Daerah tujuan utama masih terpusat di Pulau Jawa, dengan provinsi seperti Jawa Tengah (17,10%), DI Yogyakarta (15,77%), dan Jawa Barat (11,78%) sebagai destinasi paling dominan. Moda transportasi yang paling banyak digunakan adalah mobil pribadi (36,07%), diikuti oleh sepeda motor (17,71%), kereta api (15,05%), dan moda lainnya.
Ia mengatakan bahwa program mudik gratis untuk sepeda motor, yang selama ini sering digalakkan, sebenarnya kurang relevan untuk periode Nataru. Penggunaan sepeda motor untuk perjalanan jarak jauh tidak sebanyak saat Lebaran. Selain itu, populasi sepeda motor sudah sangat tinggi, hampir setiap rumah tangga memiliki lebih dari satu unit kendaraan roda dua.
Djoko juga menyoroti bahwa alokasi program mudik gratis sebaiknya lebih diarahkan untuk mengurangi kepadatan di jalur-jalur kritis, seperti Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk, yang menjadi pusat pergerakan masyarakat selama Nataru. Pemisahan kelompok kendaraan seperti sepeda motor, bus, mobil penumpang, dan truk barang menjadi langkah yang sangat diperlukan agar lalu lintas penyeberangan lebih lancar. Sistem penundaan (delaying system) juga harus diterapkan secara ketat tanpa toleransi, terutama bagi mereka yang belum memiliki tiket kapal atau tidak sesuai jadwal keberangkatan.
Di sisi lain, Djoko menggarisbawahi minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap transportasi umum di sekitar objek wisata. “Pemda sering kali hanya memperluas lahan parkir kendaraan pribadi tanpa menyediakan angkutan umum yang memadai. Hal ini membuat kemacetan menuju lokasi wisata sulit dihindari,” ujarnya. Ia menekankan bahwa penyediaan angkutan umum yang baik dapat menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan.
Djoko juga memperingatkan tentang potensi bahaya di daerah rawan tanah longsor yang mencakup jalur darat dan kereta api. Musibah longsor sering terjadi di musim hujan, sehingga keselamatan harus menjadi prioritas utama. Ia mengingatkan bahwa muatan kendaraan di kapal penyeberangan harus sesuai kapasitas dan manifest untuk menghindari kecelakaan.
Selain itu, Djoko menyarankan agar program mudik gratis dengan bus lebih diperbanyak, terutama untuk wilayah di luar Jawa seperti Lampung. “Saat menunggu kapal penyeberangan, antrean sepeda motor bisa mencapai lebih dari satu kilometer di malam hari. Sudah saatnya mudik gratis diarahkan ke Lampung untuk mengurangi penggunaan sepeda motor menyeberang kapal,” katanya.
Sementara itu, keselamatan transportasi wisata juga menjadi sorotan utama. Berdasarkan survei yang sama, 45,67% masyarakat bepergian selama Nataru untuk liburan ke lokasi wisata. Dalam hal ini, Djoko mengingatkan bahwa aspek keselamatan transportasi wisata harus benar-benar dijaga, mulai dari kelayakan kendaraan, ketersediaan alat keselamatan seperti palu pemecah kaca dan P3K, hingga pengawasan terhadap izin operasional bus wisata.
Keberhasilan penyelenggaraan Nataru 2024/2025, menurut Djoko, akan menjadi modal penting untuk mempersiapkan musim mudik Lebaran 2025. Ia berharap pemerintah dapat memperbaiki berbagai kekurangan, terutama dalam memastikan keselamatan dan pemerataan akses transportasi bagi masyarakat di seluruh Indonesia.

0 comments