Nilai Tukar Rupiah di Zona Rp 14.000, Sektor Usaha Apa yang Rentan? | IVoox Indonesia

September 11, 2025

Nilai Tukar Rupiah di Zona Rp 14.000, Sektor Usaha Apa yang Rentan?

Teknikal dan Data Ekonomi AS Indikasikan Rupiah Bakal Melemah Besok - ivoox.id

IVOOX.id, Jakarta - Nilai Tukar Rupiah terus tertekan. Pekan ini nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masuk ke zona Rp 14.000. Bidang usaha apa yang paling terkena dampak jika kurs rupiah terus melemah terhadap dollar AS?

Mulai hari ini (8/5), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada di zona Rp 14.000. Berdasarkan kurs referensi di Bank Indonesia, rupiah diperdagangkan di level Rp 14.036 per dollar AS. Sehari sebelumnya masih di level Rp 13.956 per dollar AS.

Di Bank BCA, Rupiah juga ditransaksikan di level Rp 14.000. Kurs jual Rupiah di BCA masing-masing sebesar Rp 14.046 (e-rate) dan Rp 14.200 di konter. Kurs e-rate digunakan untuk transaksi secara online melalui e-banking.

Di konter valuta asing nilai tukar rupiah bahkan telah mencapai Rp 14.000 per 1 dollar AS sejak sepekan lalu. Maklum konter valas biasanya lebih cepat bergerak naik dibandingkan konter bank.

Rupiah melemah terhadap dollar karena para investor di bursa saham dan pasar utang pemerintah menjual kepemilikan mereka. Saat itu mereka melepas rupiah dan mengoleksi dollar AS. Sebab itulah dollar AS menguat, dan sebaliknya Rupiah melemah.

Para investor tersebut, umumnya asing, mencari peruntungan baru di AS yang dinilai lebih menarik karena suku bunga acuan akan dinaikkan sebanyak tiga kali dalam tahun ini. Namanya saja negara dengan peraturan devisa bebas, Indonesia tidak bisa berbuat banyak menghalangi investor asing yang berbondong-bondong memindahkan aset keuangannya.

Sektor Usaha Paling Rentan 

Saat nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS, kamu yang berprofesi sebagai karyawan mungkin tenang-tenang saja. Berbeda halnya dengan pimpinan perusahaan: mereka akan sulit tidur karena pelemahan rupiah akan berdampak kepada keuangan perusahaan.

Jika dibiarkan terus melemah, bisa-bisa perusahaan akan gulung tikar. Pertanyaannya, sektor usaha apa yang paling terkena dampak dari pelemahan rupiah? Saat ini prosesnya masih berlangsung sehingga dampaknya belum begitu jelas diketahui. Cuma kita bisa melihat dampak pelemahan dari pelemahan rupiah yang terjadi dua puluh tahun silam.

Dari riset yang dilakukan peneliti Bank Indonesia pada 1998, secara umum disebutkan, perusahaan yang memiliki sumber daya di dalam negeri yang kuat, berorientasi ekspor, memiliki sumber pembiayaan non-rupiah yang rendah, mereka mampu bertahan jika nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sedang tertekan. Bahkan perusahaan itu tetap bisa tumbuh positif.

Berikut ini hasil riset yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan tahun 1998. Riset yang dilakukan oleh Noor Yudanto dan M. Setyawan Santoso terasa masih relevan hingga saat ini:

1. Industri pengolahan

Sektor ini memiliki kandungan impor yang tinggi sehingga sangat terpengaruh dengan pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Kegiatan produksi sektor ini menjadi sangat mahal dengan kondisi rupiah yang sedang melemah. Saat bank menaikkan suku bunga kredit, sektor ini juga akan mengalami tekanan baru.

2. Sektor bangunan/properti

Pelamahan nilai tukar rupiah diperkirakan cukup memukul sektor properti ini, bersama sektor industri pengolahan. Maklum di sektor bangunan ini banyak menggunakan bahan baku impor, terutama perlengkapan pembangunan properti, dan pinjaman non-rupiah. Tekanan dari sisi suku bunga juga cukup besar. Sebab konsumen mengerem membeli bangunan jika suku bunga bank naik.

3. Sektor perdagangan

Pelemahan rupiah cukup berpengaruh terutama pada sektor perdagangan konsumer goods, barang-barang mewah, peralatan elektronik, dan barang kebutuhan lain yang puna kandungan impor tinggi. Dari sisi kenaikan suku bunga, sektor ini juga cukup rentan karena memiliki kredit perbankan untuk kegiatan usaha maupun kredit konsumsi oleh konsumen.

4. Sektor pengangkutan/transportasi

Sektor ini terpengaruh cukup besar jika rupiah terus melemah. Sebab sektor ini umumnya memiliki pembiayaan luar negeri untuk pengadaan spare part dan pembelian alat transportasi. Akibatnya mau tidak mau tarif transportasi darat, laut, dan udara, akan naik. Selain itu perusahaan otomotif akan terkena imbas. Kenaikan suku bunga juga akan menggencet sektor ini karena pembelian sarana transportasi umumnya dengan dana dari pinjaman.

5. Sektor keuangan

Sektor keuangan memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Sebab bank banyak mengambil pinjaman non rupiah dari lembaga keuangan di luar negeri. Namun tekanan terbesar berasal dari kenaikan suku bunga. Nasabah kredit perbankan akan kesulitan membayar cicilan sehingga keuangan bank ikut carut marut akibat kredit bermasalah meningkat.

6. Sektor pertanian dan perkebunan

Sektor ini punya keterkaitan yang rendah dengan naik turunnya kurs rupiah. Sebab sektor pertanian relatif kecil memakai bahan baku impor, kecuali pupuk dan pakan ternak.

Sedangkan produk perkebunan seperti kelapa sawit, coklat, cengkeh, dan coklat bisa menerima keuntungan karena akan menerima rupiah yang lebih banyak dari sebelumnya. Maklum menjual hasil produksinya ke luar negeri.

0 comments

    Leave a Reply