October 2, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

NCW Ungkap Rekam Jejak Digital Investor Rempang Eco City

IVOOX.id - Dewan Pimpinan Pusat Nasional Corruption Watch (DPP NCW) telah mengungkap bukti digital terkait investor dalam proyek Rempang Eco City. Xinyi Glass Holding Limited, perusahaan asal Cina yang akan membangun pabrik kaca dan panel surya terbesar di dunia dengan nilai investasi mencapai $11,5 miliar atau setara dengan Rp 175 triliun.

Menurut NCW, investor ini tidak pernah serius menjalankan bentuk kerjasama yang sudah ditandatangani di dua lokasi kawasan industri sebelum akhirnya berfokus pada Rempang Eco City.

Salah satu temuan yang diungkapkan oleh Hanifa Sutrisna, Ketua NCW, adalah bahwa Xinyi Glass Holding Limited pernah melakukan nota kesepahaman (MoU) serupa dengan Kawasan Industri Sadai di Bangka pada tahun 2020.

Perusahaan ini berjanji akan menginvestasikan sekitar $6-7 miliar dalam pengolahan mineral tambang pasir kuarsa di Bangka Belitung. Namun, setelah MoU, Xinyi Glass menghilang dan tidak ada tindak lanjut yang dilakukan terkait proyek tersebut. Alasan yang diberikan adalah tidak tersedianya pasokan gas di kawasan industri tersebut.

“Dari data yang NCW temukan, sebelum Pulau Rempang, ternyata Xinyi Glass pernah membuat MoU yang sama dengan Kawasan Industri Sadai tahun 2020 di Bangka dengan janji akan menyiapkan US$6-7 miliar untuk investasinya menggarap pengolahan mineral tambang pasir kuarsa Bangka Belitung,” ujar Hanifa dalam Konferensi Pers Senin (2/10/2023).

Selain itu, Xinyi Glass juga berkomitmen untuk berinvestasi di Gresik senilai $700 juta. Mereka bermitra dengan PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS) untuk membeli lahan yang akan digunakan untuk membangun pabrik kaca.

Namun, progres investasi ini juga menjadi tanda tanya karena tidak jelas ujungnya. Spekulasi muncul bahwa masalah keuangan Xinyi Glass menjadi penyebabnya.

“Informasi terbuka lainnya, dimana Xinyi Glass juga berkomitmen investasi di Gresik bernilai US$700 juta. Mereka masuk dengan menggaet mitra lokal PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS) untuk membeli lahan yang digunakan untuk pembangunan pabrik kaca,” kata Hanifa.

Hasil audit laporan keuangan konsolidasi Xinyi Glass Holdings Limited tahun 2022, yang dilakukan oleh Ernst & Young's (EY), mengungkapkan beberapa temuan penting. Pertama, laporan tersebut menunjukkan bahwa 68 persen penjualan Xinyi Glass berada di pasar lokal Cina, bukan di pasar global.

Selain itu, nilai property plant equipment Xinyi Group hanya mencapai $2,2 miliar, sedangkan pendapatan penjualan hanya sekitar $3,4 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan klaim investasi besar-besaran yang mereka tawarkan.

Pertanyaan muncul: Bagaimana mungkin Xinyi Group bisa berinvestasi hingga $11,5 miliar jika laporan keuangan mereka menunjukkan angka-angka yang jauh lebih kecil? Apakah investasi ini hanyalah upaya untuk menggoreng harga saham Xinyi Glass Holding Limited dan menguntungkan pihak-pihak yang terlibat dalam dugaan persekongkolan jahat yang disebut sebagai "investasi bodong"?

NCW menekankan pentingnya transparansi dan kejujuran dalam semua proyek investasi, terutama ketika melibatkan jumlah investasi yang sangat besar seperti dalam kasus Rempang Eco City.

Hanifa Sutrisna juga mengajak pemerintah dan otoritas terkait untuk melakukan investigasi menyeluruh terhadap Xinyi Glass Holding Limited dan memastikan bahwa kepentingan nasional dan masyarakat Indonesia diutamakan dalam setiap keputusan terkait proyek ini

0 comments

    Leave a Reply