Natalius Pigai Bantah Sekolah Tolak Program Makan Bergizi Gratis

IVOOX.id – Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai membantah adanya penolakan besar-besaran dari pihak sekolah terhadap program makan bergizi gratis (MBG) usai munculnya kasus keracunan di beberapa daerah. Menurutnya, isu tersebut tidak sesuai fakta di lapangan dan hanya merupakan deviasi kecil dari jutaan penerima manfaat program.
“Hasil pantauan dari semua Kanwil yang masuk ke kami, bahkan seluruh staf kami ikut lihat, enggak ada sekolah yang menolak. Kalau ada satu-dua, sebutkan sekolah mana, apa namanya. Jangan digeneralisasi seakan-akan semua sekolah,” ujar Pigai dalam konferensi pers di kantor Kementerian HAM Rabu (1/10/2025).
Ia menegaskan, jumlah penerima manfaat program MBG saat ini mencapai lebih dari 31 juta orang. Dari jumlah itu, hanya 0,0017 persen yang mengalami kendala. “Artinya 99,99 persen pelaksanaan berjalan baik. Jadi jangan dibesar-besarkan. Kalau ada masalah, kita cek dan perbaiki,” ujarnya.
Pigai juga mengingatkan media agar menyajikan informasi berdasarkan fakta, bukan sekadar sensasi. “Saya menghormati wartawan, tapi kadang-kadang provokasinya lumayan juga. Kalau nulis, fakta saja. Jangan seakan-akan semua sekolah menolak. Itu bikin rakyat jantungan,” katanya.
Untuk memastikan kebenaran informasi, Kementerian HAM sudah menginstruksikan kantor wilayah di Jawa Tengah dan Banten turun langsung mengecek sekolah-sekolah yang disebut menolak distribusi MBG. “Kita akan datang ke Rembang, kita pastikan apakah benar sekolahnya menolak atau itu hanya penafsiran wartawan. Kita harus cek di lapangan,” kata Pigai.
Ia menambahkan, pemerintah terbuka terhadap kritik asalkan dilakukan secara proporsional. “Kalau ada makanan yang basi, distribusi kurang bagus, itu kita sampaikan ke BPBN dan Badan Gizi Nasional. Tapi jangan seolah-olah seluruh program gagal. Faktanya 99,99 persen berhasil,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Pigai juga menyampaikan hasil temuan positif dari pemantauan lapangan. Menurutnya, sejak program MBG berjalan, anak-anak sekolah semakin semangat hadir di kelas, lebih fokus belajar, serta terbiasa disiplin lewat budaya antre. “Ada nilai sosialnya, solidaritas, bahkan anak-anak dari keluarga kaya dan miskin bisa makan bersama dengan menu yang sama. Itu menciptakan kebersamaan,” ujarnya.
Ia menutup pernyataannya dengan ajakan untuk mendukung keberlanjutan program. “Mari kita bangun opini positif. Kalau ada kekurangan, kita benahi bersama. Program ini untuk kepentingan rakyat kecil, bukan untuk kepentingan politik,” kata Pigai.

0 comments