Merayakan Kemerdekaan dengan Misi Kemanusiaan Ala Abah Erawan
Erawan Hendrawan sedang berjualan atribut kemerdekaan di Jalan Kamasan Soreang Kabupaten Bandung pada Jumat (11/8/2023), pria paruh baya berusia 60 tahun tersebut menyambut Kemerdekan Indonesia 17 Agustus dengan cara yang tak biasa, ia berjalan puluhan kilometer berjualan bendera dan atribut kemerdekaan dengan misi kemanusiaan sekaligus membantu orang-orang yang membutuhkan. IVOOX/Fahrurrazi Assyar
IVOOX.id - Berbagai cara dilakukan orang sebagai selebrasi menyambut hari kemerdekan Indonesia pada 17 Agustus nanti, dimulai dari menghias kampung halamannya dengan tema perjuangan para pahlawan, hingga rela panas-panasan menggalang donasi di Tengah jalan, namun tidak bagi Erawan Hendrawan, seorang paruhbaya yang masih tertancap di dalam hatinya semangat perjuangan tersebut punya cara sendiri untuk menyambut ‘hari lahir’ Negara tercintanya ini.
Ia rela berjalan ratusan kilometer sekaligus berjualan atribut kemerdekaan seperti bendera Indonesia hingga pigura foto Soekarno dan beberapa mainan tradisional yang bertujuan untuk misi kemanusiaan. Dengan pakaian pangsi khas budaya Sunda yang lusuh, dibalut dengan kopiah khas Soekarno yang menutupi Sebagian kepalanya, ia melakukan sebuah perjalanan yang seolah tiada henti, menemui tunawisma yang tidak seberuntung dirinya untuk sekedar berbagi makanan dari hasil jualan bendera, ia menegaskan, misinya itu bukan untuk mencari kedunawian.
IVOOX menemukan pria berusia 60-an tahun yang akrab disapa abah itu di jalan Soreang Banjaran Jl. Raya Kamasan Banjaran No.89, Kiangroke, Kec. Banjaran, Kabupaten Bandung saat asyik menghisap tembakau kretek di pinggir jalan di depan ‘roda’ yang ia jadikan sebagai etalase Bendera dan pigura Soekarno menunggu barang dagangannya ada yang meminang, katanya kepada IVOOX. Roda tersebut terinspirasi dari mobil Jeep yang sering ditunggangi Soekarno dulu, namun karena keterbatasan dana, terlihat roda tersebut jauh dari apa yang dia maksud.
”lihat ini, abah membuat roda ini terinspirasi dari Mobil Jeep yang soekarno sering pake dulu, mobil itu dulu legend, Soekarno dulu sering menyapa warga Indonesia di atas mobil itu sambil berdiri melambaikan tangan, tapi karena abah gak punya uang, jadinya seperti ini, gak mirip sama sekali, tukang las nya abah kasih 200 ribu manehna bari samutut (tukang las menerima uang tersebut sambil cemberut),” ucap abah sambil tertawa membuka perbincangan pada Jumat (11/8/2023) sore.
Saat ditanya tentang apa tujuan si abah melakukan perjalanan tersebut, jawabannya mulai serius, raut muka yang semula ceria berubah menjadi tegas, garis raut di antara ke dua alisnya terlihat jelas menandakan keseriusan, “abah berjualan bendera dan berjalan jauh bukan untuk nyari uang, tapi untuk mencari Pelajaran hidup, alhamdulillah untuk makan banyak yang ngasih, apalagi hari ini hari Jumat, abah gak pernah kekurangan makan, bahkan hasil dari berjualan bendera ditambah dengan makanan yang banyak dikasih orang abah selalu bagi-bagikan kepada anak jalanan, pemulung atau bahkan ODGJ sekalipun, setidaknya abah yang tidak punya apa-apa ini masih bisa membatu orang yang lebih membutuhkan,” ucapnya tegas menanggapi pertanyaan tersebut.
Saat IVOOX mendalami perjalanan Abah yang unik dan menginspirasi tersebut, menurut pengakuannya ia telah berjalan sejauh puluhan kilometer, dari Buah Batu hingga Soreang, tujuan selanjutnya ia berencana akan bermalam di sekitar Gedung Sabilulungan tempat Pemerintahan Kabupaten Bandung berada, “abah dari tadi pagi berjalan dari Buah Batu, jumatan dulu di Dayeuh Kolot, sekarang rencananya mau ke Gedung Sabilulungan, alhamdulillah tadi bawa 15 bendera dengan tiangnya yang dari bambu sekarang sudah laku 10 tinggal 5 lagi,” ucap abah.
Bendera yang ia jual berkisar antara Rp.20 ribu untuk ukuran satu meter dan Rp.50 Ribu untuk yang berukuran hampir 2 meter, pigura Foto Soekarno pun ia bandrol dengan harga 100 ribu dengan diameter 1 kali setengah meter.
Sejarah Abah Memulai Perjalanan
Semua bermula pada tahun 2012, saat abah ditinggalkan mendiang sang istri karena kanker serviks, pengalaman berat tersebut menggugah sisi kemanusiaannya sehingga ia berniat untuk memulai sebuah perjalanan sambil membantu orang-orang yang tidak seberuntungnya, setiap tahun, sebulan sebelum menuju kemerdekaan pada 17 Agustus sejak 11 tahun silam abah tak pernah absen memulai perjalanan tersebut, bahkan saat usianya tidak sesenja sekarang, ia pernah berjalan dari Soreang hingga Nagrek membawa roda dengan semua barang dagangannya yang bertemakan kemerdekaan.
“awalnya saat almarhum istri saya meninggal, itu di tahun 2012 karena kanker Rahim, awalnya sudah sehat, Rahim sudah diangkat, kondisinya sudah membaik, tapi setelah beberapa bulan kambuh lagi dan akhirnya meninggal, takdir itu yang membentuk abah untuk berjalan sekarang, membantu orang-orang yang membutuhkan dengan keterbatasan kemampuan abah,” ucapnya sambil berkaca-kaca mengenang mendiang sang istri.
Memulai perjalanan dengan mengemban misi kemanusiaan bagi abah ialah sebuah perayaan dalam memperingati hari kemerdekaan, jiwa nasionalis dan kemanusiaan yang tertancap kuat di dalam hatinya seolah menjadi bahan bakar yang membuat kakinya terus bergerak mencari Pelajaran dalam hidup, abah Erawan Hendrawan di usia senjanya mengajarkan tentang bagaimana cara menerima takdir, tentang semangat perjuangan dan kemanusian, dan yang tak kalah penting tentang tak hentinya belajar seberapa banyak apapun umur yang telah kita kumpulkan.
“harapan abah sederhana, ingin mengumpulkan anak-anak jalanan, pengemis, orang tua yang hidup di jalan untuk hidup bersama, seberapapun pengasilan abah, makan gak makan, sedikit atau banyak, setidaknya kita berjuang bersama untuk hidup,” tutupnya.***
Foto dan Teks: IVOOX/Fahrurrazi Assyar

0 comments