Menteri ESDM Bahas Penerapan Pajak Karbon pada Transisi EBT | IVoox Indonesia

April 26, 2025

Menteri ESDM Bahas Penerapan Pajak Karbon pada Transisi EBT

peresmian-bursa karbon
Presiden Joko Widodo berpidato saat peresmian bursa karbon Indonesia di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/9/2023). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

IVOOX.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif kembali membahas soal penerapan pajak karbon lintas batas secara cepat. Penerapan pajak karbon bertujuan untuk menyelaraskan laju transisi energi antar negara. 

Melalui mekanisme karbon lintas batas, akan dikenakan pajak karbon, termasuk terhadap produk yang berasal dari dalam negeri.

"Kita juga harus bisa mengantisipasi ke depannya bahwa mekanisme daripada penerapan pajak (cross border) karbon atau carbon mechanism cross border ini akan diterapkan," kata Arifin dalam agenda Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Hotel St Regis, Jakarta Pusat, Jumat (22/12/2023).

Kesiapan industri terhadap mekanisme cross border carbon ini juga disebutkan Arifin sebagai salah satu tantangan Indonesia dalam mengejar target transisi energi baru terbarukan (EBT).

Lebih lanjut Arifin juga menyinggung soal polusi udara Jakarta yang dalam beberapa bulan terakhir ramai disorot. Hal itu kata dia harus menjadi pacuan bagi Indonesia agar sesegera mungkin merealisasikan kebijakan yang datap mendukung percepatan energi bersih. 

"Nah untuk itulah kita harus membuat kebijakan-kebijakan baru yang memang bisa memandu masuknya energi baru, kita harus melakukan segera konversi ke elektrifikasi, ini menjadi tantangan dan kita harus tumbuh kembangkan industri-industri pendukungnya," katanya. 

Lantas, menurut Arifin untuk mendukung tercapainya masuknya energi baru sekaligus dengan pendanaan yang besar, maka pemerintah perlu menyiapkan fasilitas infrastruktur yang memadai.

"Karma tanpa kapasitas industri yang memadai skala ekonomi itu sulit tercapai, untuk itulah maka memang kita harus membangun infrastruktur energi, kita harus bisa menyiapkan energi yang mudah terjangkau dan menarik investasi sehingga investasi itu bisa banyak masuk ke dalam negeri," katanya.

Arifin menerangkan Indonesia memiliki target untuk mencapai 23 persen bauran energi baru dan terbarukan pada 2025. Akan tetapi, saat ini progres menuju transisi energi masih jauh dari yang ditargetkan.

"Apa yang kita capai sekarang masih jauh, masih kurang lebih 60 persen dari target, padahal waktunya tinggal 2 tahun lagi," kata Arifin dalam sebuah sesi diskusi pada acara "Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024," paparnya.

0 comments

    Leave a Reply