Menpora Sebut Pernyataan IOC Bersifat Rekomendatif, KOI Segera Temui IOC | IVoox Indonesia

December 8, 2025

Menpora Sebut Pernyataan IOC Bersifat Rekomendatif, KOI Segera Temui IOC

Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir
Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir memberikan keterangan dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (24/10/2025). (ANTARA/Aloysius Lewokeda)

IVOOX.id – Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir mengatakan pernyataan Komite Olimpiade Internasional atau IOC kepada federasi internasional untuk tidak menggelar kegiatan olahraga di Indonesia bersifat rekomendatif.

"(Dalam pernyataan IOC) Di situ ada merekomendasikan jadi bukan memberhentikan (kegiatan olahraga di Indonesia). (IOC) Merekomendasikan bahwa event-event dunia yang mungkin ada rencana di Indonesia dapat menjadi perhatian," kata Erick Thohir dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (24/10/2025), dikutip dari Antara.

Dia menyampaikan hal itu terkait larangan IOC kepada federasi-federasi olahraga internasional agar tidak menyelenggarakan ajang atau kegiatan olahraga di Indonesia.

Kebijakan IOC itu muncul setelah Pemerintah Indonesia memutuskan untuk membatalkan visa kontingen senam Israel saat hendak mengikuti Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta.

Menpora menginginkan agar pernyataan IOC tidak menimbulkan multi tafsir. IOC menyatakan diskusi mengenai Indonesia jika ingin menjadi tuan rumah Olimpiade Remaja atau Olimpiade, atau kejuaraan dunia lain sementara ditunda.

Pernyataan IOC tersebut, kata dia, bukan menjadi hal yang tidak bisa dibicarakan atau didiskusikan lagi karena beberapa kasus serupa di dunia bisa diatasi dengan diskusi bersama.

"Tetap kesempatan berdiskusi bersama IOC terbuka," katanya.

Oleh sebab itu, Menpora mendukung penuh Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk terus berbicara, berbuka komunikasi dengan IOC untuk mencari jalan keluar.

Dia mengatakan, selagi persoalan tersebut dalam proses pembicaraan, kementerian yang dipimpinnya terus menjalankan blueprint berupa keikutsertaan Indonesia dalam ajang-ajang internasional.

"Ada event-event internasional yang harus kita ikuti yaitu SEA Games, Asian Games, mungkin Youth Olympic, Olimpiade, tetap kita harus punya blueprint-nya," katanya.

Dia menjelaskan, blueprint tersebut merupakan prioritas karena Presiden Prabowo Subianto menginginkan agar Kemenpora mulai fokus pada 17 cabang olahraga unggulan.

"Ini yang kita sama-sama, mohon dukungan media, jangan sampai (dengan pernyataan IOC itu) seakan-akan kita dibekukan sehingga tidak mengirimkan atlet," katanya.

Presiden NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari (kiri) bersama Ketua Umum Federasi Gimnastik Indonesia (FGI) Ita Yuliati (kanan) dalam konferensi pers Jakarta Gymnastics 2025 di Indonesia Arena, Jakarta, Jumat (10/10/2025). ANTARA/Arindra Meodia

Presiden NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari (kiri) bersama Ketua Umum Federasi Gimnastik Indonesia (FGI) Ita Yuliati (kanan) dalam konferensi pers Jakarta Gymnastics 2025 di Indonesia Arena, Jakarta, Jumat (10/10/2025). ANTARA/Arindra Meodia

KOI Segera Temui IOC Bahas Dampak Penolakan Visa Atlet Israel

Terpisah, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari menyatakan segera bertemu dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada 28 Oktober 2025 di Lausanne, Swiss, guna membahas dampak atau konsekuensi atas penolakan visa atlet Israel.

Dia menjelaskan, pertemuan tersebut telah dijadwalkan sejak lama sebagai upaya NOC Indonesia untuk melakukan komunikasi langsung dengan IOC, serta memberikan penjelasan menyeluruh mengenai situasi yang terjadi di tanah air.

"Banyak hal yang akan didiskusikan bersama IOC, sekaligus membahas keputusan terkini IOC," kata Raja Sapta di Jakarta, Sabtu (25/10/2025), dikutip dari Antara.

Lebih lanjut dia menjelaskan, KOI memahami bahwa keputusan terkait penolakan visa terhadap atlet Israel membawa konsekuensi tersendiri dalam hubungan dengan IOC.

Namun, menurut dia, penjelasan langsung harus dilakukan agar lembaga internasional tersebut mendapatkan pemahaman yang utuh tentang konteks situasi terkini di Indonesia.

Dia menambahkan, hingga saat ini IOC belum melakukan komunikasi langsung dengan dirinya sebagai pimpinan NOC Indonesia.

Oleh karena itu, pertemuan di markas besar IOC di Lausanne merupakan langkah penting untuk mencari jalan keluar terbaik.

"Sampai saat ini, IOC belum pernah menghubungi saya secara langsung, jadi sebaiknya memang harus datang bertemu di kantor pusat IOC di Lausanne, sehingga ada solusi terbaik terkait dinamika yang terjadi untuk saat ini dan yang akan datang," ujar pria yang kerap disapa Okto itu.

Pertemuan itu, tambah dia, diharapkan dapat membuka ruang dialog yang konstruktif antara NOC Indonesia dan IOC guna memastikan posisi Indonesia tetap selaras dengan prinsip-prinsip Olimpiade, serta menjaga keberlanjutan partisipasi dalam kegiatan olahraga internasional.

Sementara itu, penolakan visa terhadap atlet Israel yang hendak mengikuti Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta pada pertengahan Oktober ini memicu perhatian luas dari komunitas olahraga internasional dan lembaga-lembaga di bawah naungan Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Komite Eksekutif IOC memutuskan menghentikan seluruh bentuk dialog dengan Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) mengenai rencana menjadi tuan rumah Olimpiade dan ajang-ajang olahraga internasional lainnya.

Langkah itu diambil setelah pemerintah Indonesia membatalkan visa bagi atlet Israel yang dijadwalkan tampil pada kejuaraan dunia tersebut.

0 comments

    Leave a Reply