Menkeu Purbaya Umumkan Defisit APBN Rp 321,6 T per Agustus 2025

IVOOX.id – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) per Agustus 2025 Rp 321,6 triliun atau 1,35 persen dari PDB per 31 Agustus 2025. Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sebesar 0,69 persen atau Rp 153,4 triliun.
“Defisit APBN Rp 321,6 triliun atau 1,35 persen dari PDB, keseimbangan primer masih Rp 22,0 triliun. Jadi, kalau dilihat dari sini sih harusnya kan negatif, keseimbangan primer sampai akhir tahun. Jadi, indikasinya adalah masih ada belanja pemerintah yang harus dipercepat lagi, sehingga keseimbangan primernya sesuai dengan desain yang kita buat untuk tahun 2025,” ujar Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (22/9/2025).
Pada kesempatan tersebut, Purbaya juga menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah gejolak global. Prospek ekonomi nasional menurutnya semakin positif didukung oleh pertumbuhan yang solid, inflasi yang stabil, dan perbaikan kinerja ekspor di tengah tren penurunan suku bunga global.
“Kinerja ekonomi berbagai negara masih resilien hingga tahun 2025, meskipun AS pada periode yang bersamaan menerapkan tarif resiprokal tinggi. Indonesia menjadi bagian dari kelompok negara yang resilien,” kata Purbaya.
Purbaya mengatakan International Monetary Fund (IMF) merevisi ke atas proyeksi perekonomian global yang mencerminkan optimisme yang mulai menguat. Indonesia termasuk negara yang mengalami revisi ke atas dengan pertumbuhan ekonomi 2025 diproyeksikan naik menjadi 4,8 persen dari sebelumnya 4,7 persen. Pemerintah kata dia optimistis realisasi bisa melampaui proyeksi tersebut.
“Saya pikir kita akan lebih dari situ ya. Bahkan tahun ini pun akan di atas 4,8 persen,” ujarnya.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen pada triwulan II-2025. Pertumbuhan tersebut didorong konsumsi rumah tangga yang meningkat 5 persen, serta investasi yang tumbuh 6,99 persen. Sektor manufaktur sebagai kontributor ekonomi terbesar kembali menguat dengan pertumbuhan mencapai 5,68 persen, tertinggi sejak tahun 2022.
“Jadi manufaktur kita di Q2 sudah mulai recover. Mungkin Q3 agak melambat sedikit, tapi Q4 pasti akan tumbuh lebih cepat lagi melalui dengan perbaikan ekonomi dan perbaikan demand karena supply uang ditambah di sistem perekonomian,” katanya.

0 comments