Menilik Kondisi Internet di Ibu Kota Indonesia Masa Depan | IVoox Indonesia

May 10, 2025

Menilik Kondisi Internet di Ibu Kota Indonesia Masa Depan

kalim

IVOOX.id, Penajam Paser Utara - Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur menjadi perhatian masyarakat setelah wilayahnya masuk dalam rancangan ibu kota baru Indonesia di masa yang akan datang. Wilayah ini dinilai memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi ibu kota negara.

Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas'ud mengungkapkan daerahnya merupakan gambaran dari 'Indonesia kecil'. Menurutnya, penduduk Penajam Paser Utara terdiri atas 60% transmigran dan sisanya pendatang dari berbagai daerah di Indonesia.

"Tapi kita bisa berbaur dengan berbagai macam suku di sini. Alhamdulillah Penajam tetap aman dan damai," ujarnya saat disambangi Tim Ekspedisi Bakti untuk Negeri Kalimantan, beberapa waktu lalu.

Wakil Bupati Penajam Paser Utara Hamdan menyebut wilayahnya berkembang cukup pesat jika dibandingkan dengan belasan tahun lalu. Hal ini antara lain berkat otonomi daerah yang membuat Penajam Paser Utara bisa dengan mudah membangun infrastruktur.

Menyoal jaringan telekomunikasi, kata Hamdan, dalam tiga tahun terakhir hampir 99% wilayah Penajam Paser Utara sudah dapat menikmati jaringan telekomunikasi. "Mengakses internet bukan sesuatu yang langka di sini. Masyarakat perdesaan juga sudah sangat familiar dengan internet," katanya.

Dengan luas lima kali lipat dari ibu kota Indonesia saat ini, Jakarta, Penajam Paser Utara didominasi kawasan hutan dan pesisir. Sumber daya alamnya pun melimpah ruah, mulai dari hasil laut hingga perkebunan khususnya sawit.

Dalam sektor perikanan, misalnya, Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara mengembangkan budidaya lele dengan metode bioflok atau kolam terpal. Salah satunya yang terdapat di Pesantren Hidayatullah, Desa Giri Mukti.

Di tempat ini terdapat delapan galon bioflok yang masing-masingnya berisi 3.000 ikan lele. Setiap tiga bulan setidaknya 15.000 ekor lele dihasilkan pondok pesantren ini.

Menurut Ketua Yayasan Ponpes Hidayatullah Mujiburrahman, kebanyakan pelanggan memesan melalui telepon. "Mereka menelepon apakah ada ikan lele di yayasan, kalau ada kami sampaikan dan persilakan datang," ujar Mujiburrahman.

Sama seperti sekolah lainnya, Pondok Pesantren Hidayatullah juga melaksanakan pendidikan jarak jauh (PJJ) selama pandemi covid-19. Untungnya, jaringan internet di desa ini tidak menjadi kendala bagi guru maupun para santri untuk melakukan pembelajaran.

"Alhamduillah sebagian besar (internet di rumah para siswa) tidak ada masalah. Hanya satu-dua orang yang memang rumahnya di perkebunan sawit tidak ada sinyal sehingga menggunakan metode luring," kata Kepala Ponpes Hidayatullah Khaeruddin.

Dari pusat kota Penajam, tim ekspedisi Bakti untuk Negeri bergerak ke arah pesisir selatan, tepatnya di Kelurahan Kampung Baru. Sebagai kawasan pesisir, wilayah ini dikenal dengan hutan bakau atau mangrove yang sangat luas.

Selain bermanfaat bagi lingkungan, hutan mangrove seluas lebih dari 30 hektare ini juga dimanfaatkan sebagai destinasi ekowisata. Untuk mempromosikan destinasi ini, Kelurahan Kampung Baru memanfaatkan jaringan internet.

Sejak dipromosikan melalui internet, wisata mangrove ini berhasil menarik banyak wisatawan, baik lokal maupun luar daerah. "Dari sebelum dipasang internet perubahannya sangat drastis untuk pengunjung wisata edukasi masngrove ini," ujar Sekretaris Desa Kelurahan Kampung Baru Achmad Fitriady.

Sebagai kawasan pesisir, Kabupaten Penajam Paser Utara juga memiliki potensi sumber daya laut yang kaya. Sebagian masyarakatnya menggantungkan hidup dari hasil laut termasuk kepiting.

Untuk mengatasi permasalahan penghasilan para nelayan yang minim, sebuah aplikasi digital bernama Aruna dikembangkan untuk meringankan beban nelayan. Antara lain dengan membantu mereka memasarkan hasil tangkapannya.

Lewat aplikasi tersebut, para nelayan kecil dapat langsung menjual tangkapannya kepada pembeli akhir sehingga komoditas laut tangkapannya dijual sesuai harga pasaran.

Tim ekpedisi lalu singgah di salah satu desa yang akan masuk wilayah ibu kota negara, yakni Desa Maridan di Kecamatan Sepaku. Kondisi jaringan internet di desa ini pun sudah memadai dan bisa dinikmati warga bahkan menjadi kebutuhan sehari-hari.

Manfaat internet ini misalnya dirasakan salah satu warga Desa Maridan, Asnia, yang menjual berbagai tanaman hias dan memasarkannya melalui media sosial. "Saya promosi lewat Facebook dan Whatsapp. Alhamdulillah jaringan internet juga lancar," tuturnya.

0 comments

    Leave a Reply