Menhan Esper "Enggan" Menyebut Gencatan Senjata Dengan Taliban Sebuah Kemenangan Atau Kekalahan AS

IVOOX.id, Munich - Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengaku "enggan" untuk menyebut perjanjian gencatan senjata sementara yang dicapai Washington dengan Taliban pada hari Jumat (14/2) sebagai kemenangan atau kekalahan.
Kesepakatan gencatan senjata yang dicapai AS dengan Taliban adalah rencana untuk "pengurangan kekerasan" di Afghanistan, kata Esper kepada Hadley Gamble dari CNBC, Sabtu (15/2).
Esper hanya menyebutkan perundingan antara warga Afghanistan di pihak yang berlawanan akan dilakukan bulan depan, gencatan senjata itu merupakan terobosan setelah lebih dari 18 tahun perang, meskipun keberhasilannya masih jauh dari pasti.
Ditanya apakah itu kemenangan bagi AS, Esper mengatakan: "Saya enggan menyebut hal-hal sebagai kemenangan atau kekalahan, tetapi saya pikir itu jalan ke depan. Ini memungkinkan kami untuk mengurangi jejak kaki kami, kehadiran kami di Afghanistan ke depan. Saya pikir ini yang paling penting bagi rakyat Afghanistan ... mereka pantas mendapatkan yang lebih baik dari apa yang mereka miliki. "
Dia mengatakan bahwa jika "Taliban memenuhi akhir kesepakatan mereka" ini "menetapkan panggung bagi kita untuk mempertimbangkan perjanjian damai."
Artinya, AS akan menarik sebagian kehadiran militernya di Afghanistan, mengurangi pasukan menjadi sekitar 8.600, kata Esper. Ada sekitar 13.000 tentara AS dilaporkan di Afghanistan saat ini. Kesepakatan damai juga akan menyerukan gencatan senjata nasional dan janji dari Taliban untuk tidak menjadi tuan rumah bagi kelompok-kelompok teroris seperti Al Qaeda.
Seperti diketahui, AS masuk ke Afghanistan pada 2011 dengan misi menggulingkan pemerintahan Taliban. Sejak itu, Taliban terus bergerilya dan AS menyebut mereka sebagai teroris sehingga Washington DC menyatakan menolak berunding dengan teroris.
Seiring waktu dan perang yang berkepanjangan, AS realistis dan meminta pemerintahan Kabul bentukannnya berunding dengan Taliban. Namun, Taliban tak bersedia berunding jika AS tetap bercokol di negara mereka.

0 comments