Mengenang Ismail Haniyeh, Pemimpin Politik Terkemuka Palestina dan Simbol Hamas | IVoox Indonesia

May 15, 2025

Mengenang Ismail Haniyeh, Pemimpin Politik Terkemuka Palestina dan Simbol Hamas

Tokoh Palestina Ismail Haniyeh
Tokoh Palestina Ismail Haniyeh/HO-Anadolu/www.aa.com.tr

IVOOX.id – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengumumkan pada Rabu (31/7/2024) bahwa kepala biro politiknya, Ismail Haniyeh, telah dibunuh dalam serangan Israel di kediamannya di ibu kota Iran, Teheran.

Mengutip Antara, Hamas mengeluarkan pernyataan berduka atas Haniyeh, mengatakan bahwa dia dibunuh "dalam serangan pengecut Zionis di kediamannya di Teheran setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran."

Televisi negara Iran juga mengonfirmasi kematian Haniyeh di Teheran, mengatakan bahwa penyelidikan atas pembunuhan tersebut sedang berlangsung dan hasilnya akan diumumkan dalam waktu dekat.

Sementara itu, Israel belum mengomentari insiden besar ini.

Penampilan publik terakhir Haniyeh adalah pada Selasa (30/7/2024) dalam upacara pelantikan Presiden Iran baru Masoud Pezeshkian di Teheran.

Sehari sebelumnya, Haniyeh menyerukan agar 3 Agustus ditetapkan sebagai hari dukungan internasional untuk tahanan Palestina dan Gaza.

Ia menyerukan partisipasi aktif dan luas dari masyarakat dalam membela para tahanan dan rakyat di Jalur Gaza.

Ia beralasan bahwa penetapan 3 Agustus sebagai hari solidaritas dengan Gaza dan para tahanan merupakan respons terhadap genosida yang dilakukan "pendudukan Nazi-Zionis" terhadap rakyat Gaza yang hingga kini masih terjadi dan memasuki bulan ke-10.

Penetapan tersebut sekaligus merespons tingginya jumlah tahanan yang tewas di penjara dan pusat penahanan Israel, yang belum pernah terjadi sebelumnya

"Seruan ini muncul karena dunia bungkam dan tidak mampu menghentikan perang yang agresif terhadap rakyat dan tahanan kami ini serta bias, dukungan dan kemitraan penuh dari pemerintah AS dalam agresi ini dan kegagalan lembaga HAM dan kemanusiaan untuk bertanggung jawab dalam memberikan dukungan dan pertolongan kepada rakyat kami di Gaza dan tahanan kami di penjara musuh Zionis," kata Haniyeh, Senin (29/7/2024).

Haniyeh adalah pemimpin politik Palestina yang terkenal dan simbol Hamas, yang menjabat sebagai perdana menteri Palestina antara tahun 2006 dan 2007.

Kabar kematiannya menyulut kecaman pada Israel yang dituduh sebagai pelaku pembunuhan politik tersebut.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk pembunuhan kepala biro politik kelompok Hamas, Ismail Haniyeh, dan menyebutnya sebagai "tindakan pengecut".

Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita WAFA, Rabu (31/7/2024), Presiden Abbas menyerukan kepada rakyat Palestina "untuk bersatu, bersabar, dan tabah dalam menghadapi pendudukan Israel.

Rusia mengutuk pembunuhan Haniyeh dan menyebutnya sebagai pembunuhan politik yang tidak dapat diterima serta akan memperburuk ketegangan regional.

"Ini semua sangat buruk. Ini adalah pembunuhan politik yang sama sekali tidak dapat diterima dan ini akan menyebabkan eskalasi ketegangan lebih lanjut," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov kepada kantor berita milik pemerintah Rusia, RIA Novosti, Rabu (31/7/2024), dikutip dari Antara.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan bahwa Teheran akan membuat Israel membayar atas "pembunuhan pengecut" terhadap Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh.

"Republik Islam Iran akan mempertahankan integritas teritorial, martabat, dan kehormatannya dengan membuat para teroris penjajah menyesali tindakan pengecut mereka," kata Pezeshkian, sebagaimana dikutip kantor berita Tasnim, Rabu (31/7/2024), dikutip dari Antara.

Amerika Serikat sekutu Israel menanggapi. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa Washington tidak mengetahui atau terlibat dalam pembunuhan pemimpin kelompok Hamas, Ismail Haniyeh.

"Sangat sulit untuk berspekulasi, dan saya telah belajar selama bertahun-tahun untuk tidak pernah berspekulasi tentang dampak satu peristiwa terhadap hal lain," kata Blinken di Singapura, Rabu (31/7/2024), dikutip dari Antara.

Pernyataan itu dia sampaikan ketika menanggapi pertanyaan wartawan CNA tentang apakah pembunuhan Haniyeh akan mempengaruhi perang Israel di Jalur Gaza.

Kecaman juga datang dari tanah air.

Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa tewasnya Ismail Haniyeh, pemimpin biro politik organisasi perlawanan Palestina Hamas di Teheran, Iran, merupakan kekerasan dan pembunuhan yang tidak bisa ditoleransi.

"Itu sebuah kekerasan, pembunuhan, yang tidak bisa ditoleransi. Dan terjadi di wilayah kedaulatan Iran," kata Presiden Jokowi usai menghadiri Peresmian Pembukaan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia dan Karya Kreatif Indonesia (FEKDI x KKI) 2024 di JCC Senayan Jakarta, Kamis (1/8/2024), dikutip dari Antara.

Jokowi menegaskan bahwa Indonesia mengecam keras kekerasan dan pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh.

Sebelum aksi pembunuhan terhadap Haniyeh, Israel membunuh pendiri Hamas, Sheikh Ahmad Yasin, pada 22 Maret 2024, dan kemudian membunuh pemimpin terkemuka kelompok perlawanan, Abdel Aziz Al-Rantisi, pada 17 April.

Haniyeh menjabat dalam kepemimpinan Hamas selama 20 tahun, mengambil berbagai peran seperti pemimpin kelompok perlawanan di Gaza, wakil pemimpin, dan akhirnya pemimpin tertinggi.

Mengutip Antara, Ismail Haniyeh berasal dari keluarga pengungsi yang diusir paksa dari desa Al-Jura dekat Gaza selama Nakba Palestina 1948.

Ia lahir pada tahun 1963 di Kamp Pengungsi Beach di barat Kota Gaza dan tinggal di sana hingga 2019 sebelum pindah ke Qatar untuk memimpin biro politik Hamas.

Pada tahun 1981, ia mendaftar di Universitas Islam Gaza dan lulus dari program Sastra Arab.

Haniyeh adalah ayah dari 13 anak, tiga di antaranya tewas dalam serangan udara Israel di Kamp Pengungsi Beach pada April 2024.

Haniyeh memulai karier politiknya dengan cabang mahasiswa Hamas, yang dikenal sebagai Blok Islam. Ia beberapa kali ditangkap oleh tentara Israel.

Pertama kali ia ditangkap adalah pada tahun 1987 ketika tentara Israel menahannya selama 18 hari. Kemudian, pada tahun 1988, ia ditangkap selama enam bulan tanpa dakwaan atau pengadilan di bawah hukum penahanan administratif yang keras.

Pada tahun 1989, ia ditangkap untuk ketiga kalinya dan menghabiskan tiga tahun di penjara Israel atas tuduhan menjadi anggota layanan keamanan Hamas.

Setelah dibebaskan dari penjara Israel, ia dideportasi ke wilayah Marj al-Zouhour di Lebanon selatan bersama lebih dari 400 warga Palestina, sebagian besar dari kelompok Hamas dan Jihad Islam, selama lebih dari setahun.

Pada tahun 2006, Haniyeh memimpin daftar pemilihan Hamas, yang dikenal sebagai Blok Perubahan dan Reformasi, yang memenangkan mayoritas parlemen.

Setelah pemilihan, Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta Haniyeh untuk membentuk pemerintahan, tetapi karena konflik internal dan ketidaksepakatan dengan kelompok Fatah, Abbas memecatnya pada Juni 2007.

Namun, pada tahun 2007, ia mengambil alih sebagai pemimpin Hamas di Gaza, posisi yang dipegangnya hingga 2017.

Antara 2013 dan 2017, Haniyeh menjabat sebagai wakil kepala biro politik Hamas, dan pada Mei 2017, ia terpilih sebagai pemimpin kelompok perlawanan tersebut untuk pertama kalinya, dan terpilih kembali untuk masa jabatan lainnya pada 2021.

Pada tahun 2018, Departemen Luar Negeri AS memasukkannya dalam daftar teroris atas tekanan dari Israel.

Ismail Haniyeh menghadapi beberapa upaya pembunuhan oleh Israel karena perannya dalam kepemimpinan Hamas.

Pada 6 September 2003, ia terluka dalam serangan Israel yang menargetkan dirinya dan pendiri Hamas, Sheikh Yasin.

Mobilnya juga menjadi target pada 20 Oktober 2006, selama bentrokan internal antara Hamas dan Fatah.

Pasukan keamanan Israel juga menyerbu rumahnya dalam upaya untuk membunuhnya selama perang sebelumnya di Gaza.

Pada Rabu 31 Juli 2024, dunia dikejutkan dengan kabar kematiannya. Korps Garda Revolusi Iran mengonfirmasi tewasnya kepala biro politik Hamas itu.

Berdasarkan laporan Kantor Berita Mehr, pembunuhan Haniyeh terjadi sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.

"Haniyeh ditempatkan di salah satu tempat tinggal veteran perang di utara Teheran," lapor kantor berita Iran itu, dikutip dari Antara

Pemimpin Palestina itu dilaporkan mati syahid setelah sebuah proyektil menghantam tempat tinggalnya.

0 comments

    Leave a Reply