Mengenal Hutan Lindung Gunung Cikuray dan Habitat Merak Hijau | IVoox Indonesia

July 19, 2025

Mengenal Hutan Lindung Gunung Cikuray dan Habitat Merak Hijau

170725-Cikurai Merak2
ILUSTRASI - Kondisi habitat merak hijau kini menghadapi tekanan serius akibat penebangan pohon, pembukaan lahan, serta aktivitas manusia lainnya. IVOOX.ID/AI

IVOOX.id – Kegiatan offroad yang melintasi kawasan hutan lindung Gunung Cikuray menuai sorotan dan kecaman dari pihak pengelola hutan.

Kawasan hutan yang dikelola melalui skema Perhutanan Sosial kini terancam rusak, termasuk habitat burung merak hijau yang langka dan dilindungi.

Ketua Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Berkah Tani, Hendra Anggara, menyatakan bahwa pihaknya menemukan aktivitas offroad saat melakukan pengukuran lapangan pada Sabtu (12/7/2025).

Menurut Hendra, peserta offroad membabat vegetasi hutan dan bahkan membawa kendaraan melintasi sungai kecil yang menjadi sumber air bersih warga sekitar. Akibatnya, air yang semula jernih menjadi keruh.

"Kita akan membuat laporan resmi ke polisi atas perusakan kawasan hutan yang dilakukan para peserta offroad," jelas Hendra, Sabtu (12/07/2025).

Lokasi kegiatan offroad tersebut berada di Blok Pasir Kiara, Desa Sukamurni, pada koordinat -7.342146, 107.896246. Hendra mencatat bahwa para peserta telah membuka jalan baru sepanjang kurang lebih 1,5 kilometer melalui penebangan pohon dan perusakan vegetasi alami.

Akibat aktivitas ini, Hendra menyebut terdapat pelanggaran berupa pembukaan lahan, penebangan pohon, serta kerusakan terhadap tutupan vegetasi dan gangguan terhadap keanekaragaman hayati, termasuk potensi terganggunya sumber air warga dan ancaman terhadap mata pencaharian masyarakat sekitar.

"Sebagai pengelola kawasan, kita punya tanggung jawab menjaganya, kita juga tidak mau nanti disalahkan," ujar Hendra.

Gunung Cikuray dan Keanekaragaman Hayatinya

Dikutip dari laman resmi Kabupaten Garut, Gunung Cikuray merupakan gunung bertipe stratovolcano dengan ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut, terletak di Dayeuhmanggung, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Gunung ini menjadi titik tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Ciremai, Pangrango, dan Gede. Dengan iklim tropis basah dan curah hujan tahunan mencapai 3.500–4.000 mm, kawasan ini memiliki 9 bulan musim basah dan 3 bulan musim kering, serta suhu berkisar antara 10 - 24 derajat Celcius.

Gunung Cikuray juga dikenal sebagai habitat burung merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766), salah satu spesies burung langka yang tersebar di Asia Tenggara, termasuk di Pulau Jawa pada ketinggian hingga 1.500 mdpl (Mackinnon, 1990).

Di Indonesia, merak hijau dilindungi berdasarkan SK Mentan No. 66/Kpts/Um/2/1973, SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991, dan PP RI No. 7 Tahun 1999. IUCN mengkategorikannya sebagai spesies vulnerable (rentan), sementara CITES menempatkannya dalam Appendix II.

Berdasarkan penelitian Sumbara (2006) pada adoc.pub, populasi merak hijau di hutan pinus Gunung Cikuray tercatat sekitar 29 ekor. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan pada Maret–April 2007 memperkirakan populasi merak hijau di Gunung Cikuray sebanyak 13 ekor dengan kepadatan 3 individu per hektare. Habitat mereka meliputi hutan pinus, hutan alam, semak belukar, dan lahan pertanian (Heri Rizha Vahlevi, 2007).

Namun, kondisi habitat merak hijau kini menghadapi tekanan serius akibat penebangan pohon, pembukaan lahan, serta aktivitas manusia lainnya. Menurut hasil pengamatan, populasi merak hijau lebih banyak ditemukan di lahan pertanian dan semak belukar karena ketersediaan pakan yang lebih baik, sementara hanya sebagian kecil yang bertahan di hutan pinus yang memiliki tutupan tumbuhan bawah yang lebat dan kurang pakan.

Sex ratio populasi merak hijau di hutan pinus Cikuray adalah 1:4 antara jantan dan betina, dengan semua individu yang terpantau merupakan burung dewasa. Lokasi makan merak banyak ditemukan di area semak dan lahan terbuka, sedangkan pohon pinus digunakan sebagai tempat berlindung.

Gangguan terhadap populasi merak hijau di kawasan ini mencakup pembukaan lahan, pencurian kayu, perburuan, serta aktivitas pengunjung yang datang ke situs makam keramat di sekitar hutan.

Mmeningkatnya aktivitas di kawasan ini menimbulkan kerusakan fisik pada habitat alami, ancaman terhadap kelestarian merak hijau dan ekosistem Gunung Cikuray kian nyata.

 

Penulis: Diana

Kontributor

0 comments

    Leave a Reply