Membumikan Pupuk Organik Ditengah Ancaman Resesi dengan Metode Ember Tumpuk

IVOOX.id, Jakarta - Sektor pertanian menjadi tulang punggung kehidupan utama manusia sebagai syarat mutlak untuk tetap bertahan hidup.
Hal ini menjadi isu prioritas utama para pemimpin dunia. Terutama dengan adanya ancaman resesi ekonomi tahun 2023, akibat perang antara Rusia dan Ukraina serta ancaman krisis pangan pangan. Indonesia berusaha mengantisipasi ancaman tersebut melalui berbagai upaya untuk meningkatkan produksi pangan yang tidak mudah jika tidak dilakukan secara bersama dan berkelanjutan.
Para penggiat pertanian terus berinovasi dalam menjaga keutuhan dan ketahanan pangan. Pemanfaatan teknologi tepat guna, dan sederhana sangat membantu dalam proses peningkatan produktivitas pertanian. Hal ini dilakukan dengan tujuan peningkatan ekonomi petani dapat diwujudkan, sehingga bisa menghadapi ancaman yang sudah ada di depan mata.
Efisiensi dalam berproduksi menjadi penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian. Dengan pelatihan, pendampingan yang dilakukan baik oleh widyaiswara, penyuluh, petugas pertanian lainnya, dosen, guru, dll, diharapkan dapat menggerakkan petani untuk membuat produk pupuk organik yang bisa mengembalikan unsur hara menjadi lebih sehat dari cemaran limbah kimia.
Penyuluh pertanian di Kabupaten Sambas tepatnya di Jawai, Kalimantan Barat, memanfaatkan limbah pertanian berupa sisa buah, sisa sayuran yang diolah menjadi pupuk cair dengan metode ember tumpuk agar petani bisa dengan mudah membuat pupuk organic.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengajak para petani seluruh Indonesia, menurutnya pupuk organik sangat dibutuhkan selain karena pupuk subsidi yang ada saat ini jumlahnya sangat terbatas.
“Belum lagi bahan baku seperti gugus fosfat yang sebagian besar dikirim dari Ukraina dan Rusia tersendat karena perang keduanya, jadi yang tidak dapat pupuk subsidi segeralah menghadirkan pupuk organik. Minimal setiap kabupaten harus jadi percontohan dan tidak mengandalkan bantuan pemerintah pusat”. jelas SYL.
Ember tumpuk adalah metode yang digunakan dalam memproses pembuatan pupuk dengan menggabungkan ember bekas yang disusun sehingga tampak bertingkat. Dalam proses pembuatan pupuk dengan metode ember tumpuk, yakni mengolah sampah sederhana untuk skala rumah tangga yang dibantu oleh larva Hi (Hermetia illucens). Larva Hi dapat membantu proses pengomposan secara aerob dan mempercepat proses penguraian sampah pertanian di dalam reaktor ember tumpuk. Yang secara ekonomis memjadikan proses pembuatan pupuk organik menjadi dua (2) macam yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik padat.
Metode pembuatan pupuk organik dengan ember tumpuk tergolong sederhana. Hal ini dikarenakan untuk membuat alat reaktor ember tumpuk berasal dari alat dan bahan yang sederhana serta mudah di peroleh (bisa menggunakan barang bekas). Dengan ember tumpuk, setiap orang baik di desa, di komplek perumahan dan perkotaan dapat membuat pupuk organik secara mandiri.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa, “Kita harus memiliki sense of crisis (kesadaran akan krisis) dengan segala resiko yang di depan mata. Risiko yang paling dahsyat dampaknya adalah kekurangan dan kelangkaan pangan," tuturnya.
Maka diperlukan berbagai terobosan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia yang semakin langka, di antaranya melalui pemakaian pupuk organik, pupuk hayati, pembenah tanah serta implementasi pemupukan berimbang. Di sisi lain, pupuk organik dapat dihasilkan dari integrated farming antara peternakan dan budi daya pertanian.
Metode pembuatan pupuk organik dengan ember tumpuk tergolong sederhana, sehingga dapat dibuat oleh siapa saja dan dimana saja. Dengan ember tumpuk, setiap orang baik di desa, di komplek perumahan dan perkotaan, petani, kelompok tani, kelompok wanita tani, maupun petani millenial dapat membuat pupuk organik secara mandiri. Sehingga limbah pertanian yang dianggap menggangu dan menimbulkan polusi bisa bermanfaat menjadi pupuk yang bisa menghemat biaya produksi.


0 comments