Melacak Makna Nama-nama Kuliner Batak Toba dalam Budaya dan Identitas | IVoox Indonesia

July 21, 2025

Melacak Makna Nama-nama Kuliner Batak Toba dalam Budaya dan Identitas

130725-Kue Panukkup, salah satu kuliner khas Batak_AI
ILUSTRASI - Kue Panukkup, salah satu kuliner khas Batak. IVOOX.ID/AI

Batak Toba, yang merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Utara, dikenal dengan tradisi kuliner yang kaya dan beragam.

IVOOX.id - Di tengah kekayaan budaya Indonesia, Batak Toba menonjol sebagai salah satu contoh yang paling menarik, terutama dalam hal kuliner. Batak Toba, yang merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Utara, dikenal dengan tradisi kuliner yang kaya dan beragam.

Makanan bagi masyarakat Batak Toba bukan hanya sebagai sumber energi, tetapi juga merupakan sarana untuk menyampaikan makna budaya, sosial, dan spiritual mereka. Dari cara pengolahan hingga cara penyajian, kuliner Batak Toba mencerminkan bagaimana masyarakat mereka berinteraksi dengan alam, sumber daya, dan sesama.

Salah satu aspek menarik dalam kuliner Batak Toba adalah bagaimana bahasa mereka membentuk istilah-istilah untuk makanan. Pembentukan kata kuliner dalam bahasa Batak Toba merupakan proses yang sangat mendalam dan penuh makna.

Nama-nama makanan ini tidak hanya merujuk pada bahan yang digunakan atau cara memasaknya, tetapi juga mencerminkan dunia pandang masyarakat Batak Toba terhadap kehidupan dan alam sekitarnya.

Oleh karena itu, Tarida Alvina Simanjuntak, Robert Sibarani, Mulyadi, dan Hamzon Situmorang dari Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian tentang bagaimana kata-kata kuliner ini dibentuk dan apa yang mereka wakili dalam konteks budaya Batak Toba.

"Proses pembentukan kata dalam kuliner Batak Toba bukan hanya soal label makanan, tetapi juga cerminan dari bagaimana masyarakat Batak Toba membangun relasi dengan alam, sumber daya, dan pola makan mereka" kata peneliti Robert Sibarani, diakses dari laman resmi, Jumat (4/7/2025).

Penelitian ini menemukan bahwa ada beberapa cara dalam pembentukan kata-kata kuliner Batak Toba, yang melibatkan teknik linguistik seperti komposisi, redupikasi, dan afiksasi. Teknik-teknik ini memberikan dimensi lebih pada nama-nama makanan, sekaligus mencerminkan nilai budaya yang terkandung dalam setiap kata tersebut.

Salah satu teknik yang paling sering digunakan dalam pembentukan kata adalah komposisi, yaitu penggabungan dua kata atau lebih untuk membentuk makna yang lebih spesifik. Sebagai contoh, kata dekké jahir terbentuk dari kata dekké yang berarti ikan dan jahir yang merujuk pada jenis ikan tilapia.

Penggabungan kata tersebut tidak hanya menunjukkan jenis ikan yang dimaksud, tetapi juga memberikan informasi tentang preferensi masyarakat Batak Toba terhadap jenis ikan tertentu. Ini menunjukkan bahwa kata-kata kuliner dalam bahasa Batak Toba sangat menggambarkan pola konsumsi dan keterikatan mereka dengan alam sekitar, khususnya perikanan.

Selain komposisi, ada pula teknik redupikasi, yang digunakan untuk memberi penekanan atau memperjelas makna dari suatu kata. Sebagai contoh, ombus-ombus adalah nama makanan tradisional yang terbuat dari tepung ketan, gula merah, dan dibungkus daun pisang.

Kata ombus berarti meniup, dan pengulangan kata ini memberikan penekanan bahwa jajanan ini harus ditiup sebelum dimakan karena masih panas. Redupikasi dalam hal ini tidak hanya menambah kedalaman arti, tetapi juga mencerminkan aspek sosial dan budaya dalam cara makan masyarakat Batak Toba.

Afiksasi juga memegang peranan penting dalam pembentukan kata dalam bahasa Batak Toba. Teknik ini melibatkan penambahan awalan, akhiran, atau infiks pada kata dasar untuk membentuk kata baru yang lebih kompleks. Sebagai contoh, awalan ni- menunjukkan bahwa makanan tersebut sudah dimasak atau diproses.

Kata ni-rah misalnya, merujuk pada hidangan yang sudah dimasak, sementara ni-ura mengacu pada makanan yang dimasak dengan bumbu tertentu. Penggunaan awalan ini memberikan indikasi yang lebih jelas mengenai status atau cara pengolahan suatu hidangan, serta menggambarkan kedalaman pemahaman masyarakat Batak Toba terhadap proses memasak.

Budaya, Sejarah, dan Alam

Melalui proses-proses ini, nama-nama makanan dalam bahasa Batak Toba tidak hanya menjadi label semata, tetapi juga sarana untuk mengkomunikasikan hubungan budaya, sejarah, dan alam.

"Nama makanan dalam budaya Batak Toba menyampaikan lebih dari sekadar apa yang kita makan. Itu mengungkapkan bagaimana kita melihat dunia, bagaimana kita berhubungan dengan alam, dan bagaimana kita merayakan hidup melalui makanan," Robert Sibarani menjelaskan.

Pernyataan ini menggambarkan bahwa kuliner Batak Toba merupakan cermin dari filosofi hidup mereka yang sangat terikat dengan alam dan tradisi.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya pelestarian kosakata kuliner Batak Toba. Seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi, banyak kata-kata kuliner yang mulai terlupakan, terutama dengan adanya pengaruh budaya luar yang semakin mendominasi.

Oleh karena itu, mendokumentasikan dan mempelajari proses pembentukan kata dalam kuliner Batak Toba sangat penting untuk menjaga identitas budaya mereka. Dengan memahami bagaimana bahasa Batak Toba mengolah makna dalam setiap kata kuliner, kita juga ikut berperan dalam melestarikan salah satu aspek penting dari budaya Batak Toba yang kaya ini.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa proses pembentukan kata kuliner dalam bahasa Batak Toba bukan sekadar fenomena linguistik, tetapi juga merupakan bagian dari upaya untuk melestarikan nilai-nilai sosial dan budaya.

"Setiap kata yang tercipta dalam kuliner Batak Toba membawa pesan tentang sejarah, nilai, dan cara hidup masyarakatnya," papar Robert Sibarani menekankan.

Oleh karena itu, memahami pembentukan kata dalam kuliner ini tidak hanya memberikan wawasan linguistik, tetapi juga memperdalam pemahaman kita tentang budaya dan kehidupan masyarakat Batak Toba.

Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya mengungkapkan proses linguistik yang membentuk kata-kata kuliner Batak Toba, tetapi juga menyoroti bagaimana kuliner dan bahasa saling berinteraksi untuk menjaga dan merayakan warisan budaya yang kaya.

Pemahaman yang lebih mendalam tentang pembentukan kata dalam kuliner ini memberikan kontribusi penting bagi upaya pelestarian bahasa dan budaya Batak Toba, serta memperkaya khazanah kuliner Indonesia yang tak ternilai harganya.

 

Penulis: Diana

Kontributor

0 comments

    Leave a Reply