Luhut Minta NU Pimpin Upaya Perdamaian di Timur Tengah | IVoox Indonesia

April 29, 2025

Luhut Minta NU Pimpin Upaya Perdamaian di Timur Tengah

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf bersama Menteri Kehakiman sekaligus Penasihat Presiden Urusan Agama Palestina, Mahmoud Al-Habbash, berkunjung ke Kantor PBNU Jakarta Pusat Kamis (7/8/2024). IVOOX.ID/Fahrurrazi Assyar

IVOOX.id – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan pentingnya peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam mengupayakan perdamaian di Timur Tengah. Hal ini disampaikannya dalam diskusi panel bertajuk Humanitarian Islam dan Pendekatan Agama terhadap Perdamaian di Timur Tengah yang digelar di kantor PBNU, Jakarta Pusat.

Dalam kesempatan tersebut, Luhut menyampaikan apresiasi atas kontribusi NU di panggung internasional. Ia menyoroti sejarah panjang NU, mulai dari Konferensi Islam Asia Afrika pada 1965 hingga perannya dalam G20 melalui Religion of Twenty (R20), sebagai bukti komitmen organisasi Islam terbesar di Indonesia ini terhadap perdamaian global.

 "NU harus memimpin dalam upaya perdamaian di Timur Tengah dengan pendekatan humanitarian Islam dan lintas agama yang melibatkan berbagai pihak," ujarnya.

Dengan lebih dari 100 juta anggota, NU disebut Luhut memiliki pengaruh politik yang signifikan, baik di tingkat nasional maupun global. Bahkan, jumlah kader NU disebutnya jauh melampaui Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa konflik yang terus berlangsung di Timur Tengah dapat membawa dampak buruk bagi ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Harga minyak yang melambung, terganggunya rantai pasok global, dan perlambatan ekonomi dunia menjadi beberapa ancaman nyata.

"Inflasi bisa meningkat, konsumsi rumah tangga menurun, dan ketidakpastian ekonomi dapat mendorong keluarnya modal dari dalam negeri," katanya.

Bagi Luhut, upaya perdamaian di Timur Tengah memiliki urgensi tersendiri, mengingat dampaknya pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Indonesia, terutama untuk mencapai visi besar Indonesia Emas 2045. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan demokrasi yang mapan, Indonesia memiliki peran penting dalam diplomasi perdamaian internasional.

Diskusi tersebut juga menghadirkan sejumlah tokoh lintas agama dan akademisi, termasuk Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, rohaniawan Katolik Franz Magnis Suseno, CEO Center for Shared Civilization Values C. Holland Taylor, Staf Ahli Kementerian Luar Negeri Muchsin Shihab, serta rohaniawan Protestan Martin Lukito Sinaga.

Dalam sesi diskusi, Gus Yahya menyoroti peran agama dalam konflik Timur Tengah, yang sering kali menjadi salah satu faktor utama. "Meski ada faktor ekonomi dan politik, agama tetap tidak bisa diabaikan. Zionisme, misalnya, mendasarkan klaim atas tanah pada wacana agama," kata Gus Yahya. Ia menekankan bahwa wawasan keagamaan masyarakat harus dibenahi agar konflik dapat diatasi secara lebih komprehensif.

0 comments

    Leave a Reply