LSF Ungkap Persentase Cara Masyarakat Tonton Film

IVOOX.id - Lembaga Sensor Film (LSF) mengungkap 89 persen masyarakat Indonesia menonton film melalui jaringan teknologi informatika (JTI) alias secara online. Sementara tontonan film pada televisi hanya ditonton oleh 8 persen masyarakat, satu persen lainya yakni melalui bioskop.

Data tersebut diperoleh LSF melalui hasil Penelitian Terhadap Persepsi Masyarakat tentang Perfilman, Penyensoran dan Budaya Sensor Mandiri. Penelitian ini dilakukan oleh LSF bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (UHAMKA) dan dilaksanakan di bioskop-bioskop pada empat kota besar yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. 

"Akses media tontonan masyarakat dominan melalui jaringan teknologi informatika (JTI) sebesar 89%, Televisi 8% dan Bioskop 1%," dalam hasil laporan penelitian LSF pada Senin (18/12/2023).

LSF menilai adanya perubahan perilaku masyarakat dalam mengakses media untuk hiburan di empat kota yang diteliti. Hasilnya menunjukan 79 persen masyarakat mengakses media sosial.

"Film yang disenangi untuk di tonton yakni Film Nasional sebesar 45%, Film Asing 52% dan tidak tahu 1%. Genre film yang disenangi oleh penonton yakni film horor sebesar 34%, komedi 28%, drama 245, musikal 3% dan genre lainnya 7%," tulis LSF.

LSF juga mengungkap bahwasanya mayoritas masyarakat sudah mengetahui terkait penggolongan usia penonton. Namun masih terdapat sebesar 25 persen masyarakat yang tidak mengetahui tentang penggolongan usia penonton.

"Kampanye Budaya Sensor Mandiri secara efektif dapat membudayakan masyarakat dalam memilah dan memilih tontonan sesuai dengan usianya," Ketua Komisi I LSF, Naswardi.

Meski mayoritas masyarakat sudah tahu mengenai klasifikasi usia menonton film, namun lebih dari setengahnya justru pernah menonton film yang tidak sesuai klasifikasi usianya

"Sebagian penonton sebesar 53% menyatakan pernah menonton film yang tidak sesuai klasifikasi usianya namun terdapat 48% penonton menyatakan menonton sesuai usianya," katanya.

Naswardi menyebutkan bahwa diperlukan penelitian lanjutan untuk menganalisis secara lebih mendalam terkait tontonan masyarakat Indonesia ini.

“Lembaga Sensor Film juga berkomitmen untuk mengkampanyekan Budaya Sensor Mandiri yang lebih terstruktur dengan melibatkan stakeholder lainnya.” Ujar Naswardi.