Legislator Sebut Pertemuan Lima Nahdliyin dengan Presiden Israel Tidak Elok

IVOOX.id – Anggota Komisi VIII DPR RI, Luqman Hakim, menilai keputusan lima orang Nahdlatul Ulama (NU) bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog, merupakan tindakan yang tidak elok dan telah melukai perasaan masyarakat. Pertemuan tersebut terjadi di tengah kondisi militer Israel yang masih terus menggempur Palestina.
"Saya tidak tahu apa tujuan mereka (warga NU) berlima pergi ke Israel. Tetapi pertemuan mereka dengan Presiden Israel menurut saya tidaklah elok," kata Luqman dalam keterangan tertulis yang diterima ivoox.id Rabu (17/7/2024).
Luqman mengatakan bahwa pertemuan tersebut berpotensi melukai perasaan masyarakat luas yang meyakini kemerdekaan adalah hak segala bangsa, termasuk hak bangsa Palestina. "Pertemuan itu juga berpotensi melukai perasaan masyarakat luas yang meyakini kemerdekaan adalah hak segala bangsa, termasuk hak bangsa Palestina," kata politisi Fraksi PKB ini.
Luqman mengaku kecewa dengan tindakan lima orang Nahdliyin tersebut. Menurutnya, sebagai warga Indonesia, para Nahdliyin itu seharusnya tidak menunjukkan dukungan terhadap Israel, terutama karena posisi Indonesia yang jelas membela Palestina dalam konflik di jalur Gaza.
"Pada akhirnya, mereka justru membuat Indonesia menjadi tampak seolah-olah tidak bersolidaritas atas tragedi kemanusiaan yang dialami warga Palestina. Biar bagaimanapun mereka masih membawa atribut keindonesiaan saat berada di luar negeri," ujar Luqman.
Luqman menegaskan bahwa Indonesia seharusnya meningkatkan dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina, termasuk dengan menginisiasi pendekatan dukungan militer bersama negara-negara lain di dunia. Menurutnya, serangan Israel kepada Palestina telah mencapai level genosida dan bertujuan memusnahkan bangsa Palestina.
"Serangan Israel sudah pada level genosida yang bertujuan memusnahkan bangsa Palestina dari muka bumi, dengan membunuh kaum perempuan dan anak-anak. Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan yang harus segera dihentikan oleh masyarakat Internasional," ujar Legislator dari Dapil Jawa Tengah VI tersebut.
Anggota DPR yang berfokus pada isu-isu keagamaan dan sosial kemanusiaan itu mengutuk aksi kekerasan dan agresi yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Menurutnya, tindakan kekerasan Israel tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga menyebabkan penderitaan yang mendalam bagi rakyat Palestina, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang tua.
"Maka penting sekali kita sebagai warga Indonesia menunjukkan solidaritas dan dukungan kemanusiaan untuk masyarakat Palestina. Tapi yang dilakukan mereka lima warga NU itu justru menunjukkan kebalikannya," katanya.
Meskipun kelima Nahdliyin tersebut mungkin memiliki niat baik dari pertemuannya dengan Presiden Israel, Luqman menilai hal tersebut menjadi tidak tepat karena dilakukan di tengah situasi yang sangat sensitif.
"Pada akhirnya, mereka justru membuat Indonesia menjadi tampak seolah-olah tidak bersolidaritas atas tragedi kemanusiaan yang dialami warga Palestina. Biar bagaimanapun mereka masih membawa atribut ke-Indonesiaan saat berada di luar negeri," ujarnya.
Luqman mendukung rencana PBNU untuk segera memanggil kelima warga NU tersebut dan meminta penjelasan serta pertanggungjawaban. "Saya mendukung rencana PBNU memanggil mereka untuk meminta penjelasan dan pertanggungjawaban," kata Luqman.
"Karena menurut saya, pertemuan mereka dengan Presiden Israel sama sekali tidak ada manfaat bagi Palestina, bagi Indonesia, dan bagi NU itu sendiri. Yang mereka peroleh hanyalah publisitas dan sensasi sesaat, yang celakanya menimbulkan luka bagi masyarakat luas," ujarnya.
Luqman menyebut klarifikasi diperlukan untuk memastikan bahwa sikap lima warga NU tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan. Jika ditemukan unsur pelanggaran organisasi, kelima orang tersebut mungkin akan diberhentikan dari statusnya sebagai pengurus lembaga atau badan otonom (banom). "Sudah tepat rencana PBNU memanggil mereka untuk mendapatkan pembinaan, meski mereka berangkat ke sana atas nama pribadi-pribadi," kata Luqman.

0 comments