Laju Inflasi Cenderung Rendah, Ada Ruang untuk Pangkas Suku Bunga

IVOOX.id, Jakarta - Laju inflasi April 2020 diperkirkan akan cukup rendah, yang sebagian besar disebabkan oleh rendahnya transportasi dan harga makanan segar.
Tim Riset Indo Premier memperkirakan indeks harga konsumen April 2020 (CPI Apr20) akan berada di kisaran 0,15% (mom) atau sekitar 2,75% (yoy). CPI makanan segar sedikit menguat 0,2% (mom), jauh lebih rendah dari dari rata-rata 0,85% (mom). Sutuasi ini bertentangan dengan tren yang selalu berlangsung di tahun-tahun sebelumnya dimana harga cenderung naik menjelang Idul Fitri.
"Ini karena kebijakan karantina dan daya beli rumah tangga yang lebih lemah. Kondisi ini dapat diterjemahkan sebagai ruang yang lebih luas untuk penurunan suku bunga lebih lanjut," tulis ekonom Tim Riset Indo Premier, Luthfi Ridho dan Desty Fauziah dalam risalah kajiannya.
Penelusuran Lutfhi dan Desty mengungkapkan bahwa harga makanan segar secara umum turun, tetapi harga bawang melonjak. Harga bawang putih, cabai, ayam, dan telur menurun di kisaran 5-10% dari harga bulan lalu, dengan mencatatkan penurunan paling tajam pada harga cabai dan bawang putih.
Sementara itu, harga komoditas lain seperti bawang, gula dan beras naik sekitar 10% dari harga bulan lalu. Harga bawang merah melonjak karena kurangnya pasokan dan panen yang lebih buruk dari yang diperkirakan.
"Kami berpandangan bahwa Inflasi selama musim Ramadhan tahun ini akan lebih rendah dari rata-rata historis 0,85% (mom, dalam 10 tahun terakhir). Hal ini disebabkan oleh melemahnya permintaan terkait kebijakan karantina dan daya beli rumah tangga yang lebih lemah karena pendapatan yang lebih rendah," ungkap Tim Riset.
Di pihak lain, Lutfhi dan Desty memperkirakan Rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat. Sejuah ini, Rupiah terdepresiasi 11,7% YTD menjadi sekitar Rp15.500 per dolar AS, karena kombinasi penurunan tajam harga minyak dan faktor geopolitik lainnya.
Mengutip data transaksi harian non-residen dalam periode 13-20 April 2020, Tim Riset mengungkapkan, bahwa terdapat aliran masuk asing ke surat berharga pemerintah sebesar Rp4,37 triliun dan arus keluar saham sebesar Rp2,8triliun, yang diterjemahkan menjadi arus masuk bersih Rp1,57 triliun. Hal ini didorong oleh imbal hasil riil sekuritas pemerintah sebesar 4,6%, lebih tinggi dari India (0,26%), Meksiko (3,62%) dan negara-negara ASEAN lainnya (rata-rata 0,85%).
Dengan perkiraan inflasi yang akan tetap jinak (di tengah permintaan konsumsi yang rendah) dan Rupiah yang stabil, Tim Riset Indo Premier meyakini BI akan memiliki ruang yang lebih besar untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada semester kedua (sehingga total penurunan suku bunga pada tahun 2020 mencapai 100 bp).
"Dalam pandangan kami, ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan keseluruhan pada periode pemulihan dan pada saat yang sama menjaga stabilitas makro. Meskipun demikian, kami mengharapkan BI akan mempertahankan kebijakan suku bunga tidak berubah dalam rapat kebijakan berikutnya."

0 comments