La Nina Telah Berkembang di Pasifik, BMKG: Antisipasi Hujan Berlebih

IVOOX.id, Jakarta - Anomali iklim La Nina terdeteksi telah berkembang di Samudera Pasifik Ekuator. Catatan historis menunjukkan bahwa fenomena anomali berupa naiknya suhu muka laut Samudera Pasifik dekat Indonesia itu dapat menyebabkan peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40% di atas normal.
Atas perkembangan tersebut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mengingatkan kepada setiap pemangku kepentingan untuk bersiap menghadapinya. Ini karena dampak peningkatan curah hujan bisa terjadi hingga Februari tahun depan.
"Lebih optimal melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir, misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, dalam keterangan tertulis, Sabtu 3 Oktober 2020.
Dia merinci perkiraan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas moderate pada akhir tahun nanti. Fenomena yang namanya berarti 'anak perempuan'--berlawanan dari fenomena El Nino--itu diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir sekitar Maret-April 2021.
"Dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia," kata Herizal lagi sambil mencontohkan, pada Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.
Sedang pada Desember hingga Februari tahun depan, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua. Tapi, yang jelas, ditegaskannya, "Peningkatan curah hujan seiring dengan awal musim hujan berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis seperti banjir dan tanah longsor."
Saat ini, data BMKG menyebut Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir. Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0,6°C pada Agustus dan -0,9°C pada akhir September 2020.
Itu artinya suhu muka laut di sebelah barat Samudera Pasifik, dekat Indonesia, lebih hangat sehingga pusat tekanan udara rendah terjadi di wilayah ini yang mengundang massa udara datang dan membangun awan konvektif. Adapun kategori La Nina ditetapkan apabila nilai anomali suhu itu telah melewati angka -0,5°C.

0 comments