KPAI Sesalkan Adanya Adegan Kekerasan dalam Pentas Seni Sekolah yang Sebabkan Siswa SMK Meninggal Dunia | IVoox Indonesia

May 2, 2025

KPAI Sesalkan Adanya Adegan Kekerasan dalam Pentas Seni Sekolah yang Sebabkan Siswa SMK Meninggal Dunia

Anggota KPAI Diyah Puspitarini.
Anggota KPAI Diyah Puspitarini. (ANTARA/Anita Permata Dewi)

IVOOX.id – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyesalkan pihak SMK di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat yang memperbolehkan pentas seni dengan tema kekerasan hingga menyebabkan salah satu pemeran meninggal dunia.

"Kenapa sekolah tidak menyaring teks (pentas seni). Karena kalau memperagakan kekerasan, itu tidak boleh," kata Anggota KPAI Diyah Puspitarini di Jakarta, Rabu (26/2/2025), dikutip dari Antara.

Dia mengatakan pentas seni yang melibatkan anak tidak boleh menyajikan adegan mengandung kekerasan.

"Misal ada adegan pukul-pukulan, itu tidak boleh. Pertama, karena anak bisa mencontoh. Kedua, seperti melegalkan. Ketiga, ya kalau dipukul bohongan, kalau dipukul sungguhan bagaimana?" katanya.

Pihaknya akan bertolak ke Bandung Barat pada Kamis (27/2/2025), untuk memantau perkembangan penanganan kasus ini.

"Besok ke sana," kata dia.

Pihaknya juga masih menunggu hasil otopsi jenazah korban.

Korban berinisial MDR (17) menjadi salah satu pemeran dalam pentas seni yang bertajuk kenakalan remaja di SMK di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (20/2/2025).

Dalam pentas seni tersebut, ada adegan kekerasan dilakukan oleh MDR.

Properti dalam adegan tersebut menggunakan gunting asli.

Adegan tersebut berujung merenggut nyawa korban.

Pentas seni tersebut agenda rutin tahunan, sebagai bagian dari ujian praktik siswa kelas 12 untuk syarat kelulusan pelajar.

Kepolisian Resor Cimahi saat menggelar olah tempat kejadian perkara kasus kematian siswa SMK usai melakukan pentas seni di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. (ANTARA/HO-Polres Cimahi)

Kepolisian Resor Cimahi saat menggelar olah tempat kejadian perkara kasus kematian siswa SMK usai melakukan pentas seni di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. (ANTARA/HO-Polres Cimahi)

Polres Cimahi Periksa 13 Saksi

Terpisah, Kepolisian Resor Cimahi, Jawa Barat, telah memeriksa sebanyak 13 orang saksi yang terdiri atas delapan guru dan lima siswa SMK Dharma Pertiwi, Bandung Barat, dalam penyelidikan kasus tewasnya seorang siswa berinisial MRD (17 tahun) setelah memerankan adegan bunuh diri pada kegiatan pentas seni.

Kepala Polres Cimahi Ajun Komisaris Besar Polisi Tri Suhartanto mengatakan bahwa pemeriksaan dilakukan untuk mengungkap rangkaian peristiwa yang menyebabkan kematian MRD.

"MRD meninggal dunia setelah sebuah gunting yang digunakannya saat memerankan adegan bunuh diri dalam pentas seni menembus perut dan rongga dada kirinya," kata Tri di Cimahi, Selasa (25/2/2025), dikutip dari Antara.

Menurut keterangan para saksi, gunting tersebut dipinjam korban dari temannya tanpa sepengetahuan guru. Meskipun MRD sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong.

"Tiga kali melakukan percobaan, percobaan ketiga masuk ke rongga dada sebelah kiri," katanya.

Kapolres menjelaskan bahwa para saksi awalnya mengira kejadian tersebut masih bagian dari adegan drama karena berlangsung saat pentas seni sekolah.

Korban MRD diketahui sempat berdiri dan berjalan sempoyongan sebelum akhirnya terjatuh dan meninggal dunia.

Tri menambahkan penyidik juga telah mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk properti yang digunakan dalam adegan drama dan naskah drama yang bertema kenakalan remaja.

"Polisi masih mendalami isi naskah dan kronologi kejadian untuk mengungkap penyebab pasti kematian siswa tersebut. Kami akan menyampaikan perkembangan lebih lanjut setelah penyelidikan selesai," katanya.

0 comments

    Leave a Reply