Kepala BGN Instruksikan Evaluasi Menyeluruh SPPG Usai Ratusan Siswa di Cipongkor Keracunan Makan Bergizi Gratis | IVoox Indonesia

September 28, 2025

Kepala BGN Instruksikan Evaluasi Menyeluruh SPPG Usai Ratusan Siswa di Cipongkor Keracunan Makan Bergizi Gratis

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, melakukan peninjauan langsung ke Posko Penanganan kasus dugaan keracunan makanan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (23/9/2025). IVOOX.ID/doc BGN

IVOOX.id – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, melakukan peninjauan langsung ke Posko Penanganan kasus keracunan makanan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa, 23 September 2025. Langkah ini diambil setelah ratusan siswa dilaporkan mengalami gangguan pencernaan usai mengonsumsi makanan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) setempat.

Dadan menjelaskan bahwa hasil keterangan awal menunjukkan adanya kesalahan teknis dalam proses memasak. SPPG disebut menyiapkan makanan terlalu dini sehingga makanan tersimpan terlalu lama sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah penerima manfaat.

“Keterangan awal kan menunjukkan bahwa SPPG itu memasak terlalu awal sehingga masakan terlalu lama. Dan tadi pagi, kita sudah koordinasi dengan seluruh SPPG yang baru beroperasional satu bulan terakhir, kemudian kita minta agar mereka mulai masak di atas jam setengah dua agar waktu antara masak processing dengan delivery-nya tidak lebih dari 4 jam,” kata Dadan dalam keterangan resmi yang diterima ivoox.id Selasa (23/9/2025).

Menurutnya, pola memasak dan distribusi menjadi kunci utama agar kualitas makanan tetap terjaga. Ia menambahkan bahwa SPPG yang sudah beroperasi cukup lama umumnya telah menemukan ritme kerja yang tepat, sementara SPPG baru sering kali terburu-buru khawatir makanan tidak selesai tepat waktu.

“Oleh sebab itu, salah satu yang saya instruksikan kepada SPPG baru itu ketika memulai, mereka sudah punya daftar penerima manfaat. Katakanlah 3.500 di 20 sekolah, saya meminta agar mereka di awal-awal melayani 2 sekolah dulu, kemudian setelah terbiasa baru naik ke 4 sekolah, setelah itu naik lagi ke 10 sekolah. Kemudian setelah bisa menguasai proses termasuk antara masak dan delivery-nya bisa tepat waktu dengan jumlah tertentu baru bisa memaksimalkan jumlah penerima manfaat,” katanya.

Selain Cipongkor, Dadan juga menyoroti kasus serupa yang sempat terjadi di Banggai, Sulawesi Tengah. Di wilayah itu, kualitas makanan menurun karena SPPG mengganti pemasok bahan baku secara mendadak.

“Oleh sebab itu, kita instruksikan lagi bagi yang (SPPG) lama agar mau mengganti supplier harus bertahap. Jadi segala sesuatu tidak boleh berubah secara drastis. Untuk SPPG yang menjalani ini seperti yang di Banggai itu kan mengganti supplier dalam waktu yang sangat singkat sehingga kami minta setelah kejadian stop dulu,” ujarnya.

Dadan menegaskan bahwa evaluasi tidak hanya dilakukan di Cipongkor, melainkan juga pada seluruh SPPG baru agar kejadian serupa tidak terulang. Ia juga menekankan pentingnya penanganan psikologis terhadap anak-anak penerima manfaat.

“Jangan lupa bahwa anak-anak yang mengalami gangguan pencernaan pasti akan mengalami trauma. Jadi salah satu aspek yang juga termasuk harus mereka kelola adalah bagaimana agar yang trauma ini bisa kembali percaya bahwa mereka itu akan aman ketika mengonsumsi makan bergizi [gratis],” katanya.

0 comments

    Leave a Reply