Kemenperin Bantah Birokrasi Rumit Jadi Alasan Apple Enggan Investasi di RI | IVoox Indonesia

August 4, 2025

Kemenperin Bantah Birokrasi Rumit Jadi Alasan Apple Enggan Investasi di RI

antarafoto-petinggi-apple-kunjungi-kemenperin-1736252859
Vice President of Global Policy Apple Nick Amman (kedua kanan) berjalan keluar usai melakukan pertemuan di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (7/1/2025). Pertemuan tersebut terkait negosiasi investasi yang akan menentukan keluarnya sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk-produk Apple dan izin penjualannya di Indonesia. ANTARA FOTO/Fauzan

IVOOX.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyangkal penyataan bahwa Apple tidak berinvestasi di Indonesia karena birokrasi berbelit-belit, kemampuan SDM rendah, maupun belum tersedianya ekosistem industri berteknologi tinggi di Indonesia.

Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, Apple sudah berbisnis dan berinvestasi di Indonesia sejak tahun 2017 dengan menggunakan fasilitas investasi yang diatur dalam Permenperin No. 29 Tahun 2017.

“Itu artinya, tidak ada birokrasi yang berbelit-belit yang mempersulit bisnis Apple di Indonesia. Hingga tahun 2024, juga tidak ada komplain dari Apple terkait birokrasi dan regulasi di Indonesia,” ujar Febri, Kamis (23/1/2025).

Bahkan menurut Febri banyak investor yang sudah membangun ekosistem produksi teknologi tinggi di Indonesia saat ini. Artinya kata dia tidak ada masalah ekosistem teknologi tinggi pada sistem produksi manufaktur Indonesia.

“Bagi kami, ini membuktikan bahwa tidak ada masalah ekosistem teknologi tinggi pada sistem produksi manufaktur Indonesia. Ekosistem tersebut sudah ada dan bisa dimanfaatkan oleh perusahaan teknologi tinggi global seperti Apple di Indonesia,” ujar Febri.

Ia mengatakan, terdapat pula pengamat yang menyatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masih rendah, dibandingkan dengan IPM negara lain sebagai penyebab Apple tidak kunjung berinvestasi di Indonesia. Menurutnya anggapan ini juga sulit diterima oleh akal sehat karena menjadikan IPM sebagai tolak ukur investasi.

“Kalau ukuran SDM dijadikan sebagai penarik investasi, pengamat tersebut harus menggunakan kualitas SDM di bidang teknologi informasi (IT) atau yang terkait dengan produksi produk berteknologi tinggi yang berasal dari perguruan tinggi sebagai ukuran. Kami pikir banyak lulusan IT dari perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang bisa mendukung kinerja fasilitas produksi HKT Apple nantinya. Kualitas mereka tidak kaleng-kaleng dan sangat menarik bagi investor asing,” katanya.

Diketahui Apple berencana membangun pabrik di Batam untuk produksi AirTag, aksesoris iPhone dengan nilai investasi sebesar USD1 miliar. Pabrik tersebut diperkirakan bisa memasok sekitar 60 persen kebutuhan AirTag global dan berproduksi mulai tahun 2026. Fasilitas produksi ini diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sekitar 2.000 orang.

Namun nilai investasi tersebut tidak sesuai dengan proposal yang disampaikan. Menurut Febri Apple hanya berinvestasi USD200 juta, padahal di proposal yang disampaikan mereka akan berinvestasi sebesar USD1 miliar.

0 comments

    Leave a Reply