Kemendikdasmen Distribusikan Smartboard IFP, Pastikan Jangkau Wilayah 3T | IVoox Indonesia

September 22, 2025

Kemendikdasmen Distribusikan Smartboard IFP, Pastikan Jangkau Wilayah 3T

Guru SDN 2 Purwokerto Wetan Rizky Nursifa mengajar dengan smartboard ifp
Guru pendidikan agama dan budi pekerti SDN 2 Purwokerto Wetan Rizky Nursifa di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah pada Sabtu (14/6/2025) mengajarkan materi Pancasila dengan menggunakan fasilitas smartboard pemberian Kemendikdasmen. ANTARA/Hana Kinarina

IVOOX.id – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memastikan penyaluran interactive flat panel (IFP) atau smartboard siap menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Kemendikdasmen Gogot Suharwoto mengakui pihaknya sering menerima pandangan bahwa digitalisasi hanya cocok untuk sekolah di kota besar.

“Pemerintah melalui kami memastikan program ini menjangkau seluruh wilayah, termasuk daerah 3T. Kami bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan panel surya bagi sekolah yang belum punya listrik,” kata dia dalam tayangan siniar "Digitalisasi Pembelajaran" di Jakarta, Senin (15/9/2025), dikutip dari Antara.

Untuk sekolah tanpa internet, pihaknya siap memberikan perangkat tambahan agar tetap terhubung meskipun konten interaktif dalam IFP dapat diakses tanpa internet melalui penyimpanan eksternal yang disiapkan khusus.

Pihaknya juga sudah menyiapkan sistem pelatihan guru, yang juga dibuat berlapis, mulai dari pelatihan langsung, webinar, pengimbasan antarguru, hingga modul belajar mandiri di platform digital kementerian.

Dengan cara ini, pihaknya mendorong para guru untuk cepat beradaptasi dan saling berbagi praktik baik melalui komunitas belajar di sekolah masing-masing.

Untuk menepis kekhawatiran masyarakat terkait dengan distribusi perangkat tersebut yang hanya formalitas, Gogot juga menegaskan pemerintah menggunakan tiga lapis verifikasi agar perangkat benar-benar sampai ke sekolah yang tepat, yakni Data Pokok Pendidikan (Dapodik), validasi dari dinas, serta pernyataan kesediaan dari sekolah penerima.

“Digitalisasi bukan sekadar membagi alat, tapi memastikan mutu pembelajaran merata di seluruh Indonesia. Prinsipnya inklusif, adaptif, dan partisipatif. Semua anak berhak atas layanan pendidikan yang setara,” ujarnya.

Menurut dia, digitalisasi pembelajaran saat ini menjadi salah satu pilar penting dalam mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.

“Dengan digitalisasi, kami ingin menutup learning loss, memperkuat literasi, sekaligus menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan zaman. Anak-anak kita tidak boleh tertinggal dari perkembangan teknologi dunia,” demikian Gogot.

Lebih lanjut, ia menerangkan dasar hukum penguatan program itu tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 yang menekankan revitalisasi satuan pendidikan, pembangunan sekolah unggul, hingga implementasi digitalisasi pembelajaran.

Adapun salah satu bentuk implementasinya ialah dengan menargetkan setiap sekolah memperoleh perangkat Papan Interaktif Pintar (smartboard) atau IFP untuk menunjang proses belajar. 

Papan interaktif itu, lanjutnya, mulai didistribusikan ke sejumlah wilayah, dengan tahap 1 ditujukan untuk sekolah-sekolah di wilayah Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Adapun untuk wilayah lainnya, ia menerangkan proses distribusi akan dilakukan pada tahap berikutnya.

Berbeda dengan televisi pintar yang hanya menyajikan informasi satu arah, Gogot menerangkan Papan Interaktif Pintar dirancang agar guru dan siswa dapat berkolaborasi langsung melalui layar sentuh.

Ia menyebutkan kontennya bisa berupa teks, video, audio, gamifikasi, bahkan augmented reality.

“Anak-anak dapat memutar model jantung, memperbesar, memperkecil, dan menjawab soal interaktif di layar. Semua ini membuat pembelajaran lebih mudah dipahami sekaligus menyenangkan,” kata Dirjen Gogot.

Ia menambahkan digitalisasi pembelajaran itu juga tidak hanya berupa perangkat, tetapi juga konten pembelajaran interaktif serta bimbingan teknis bagi guru agar mampu merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

“Ini satu paket. Tidak cukup hanya alat tanpa konten, atau konten tanpa pendampingan. Semuanya terintegrasi,” ujarnya.

Menteri Mu'ti Pastikan Program IFP Tidak Menjadi adi Program Mangkrak

Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti memastikan program digitalisasi pembelajaran dengan pemberian interactive flat panel (IFP) atau smartboard tidak akan menjadi program mangkrak karena pihaknya sudah mengantisipasi beberapa aspek. 

Ia menyebutkan salah satu antisipasi tersebut ialah memastikan setiap sekolah yang menerima smartboard akan juga mendapatkan pelatihan guru terkait penggunaan papan pintar tersebut.

“Jadi gurunya kami latih sehingga kekhawatiran IFP itu mangkrak sudah kami antisipasi dari awal. Karena saya selalu menyampaikan smartboard itu harus disertai dengan smart teacher kalau boardnya smart, teacher nya tidak smart, maka bisa smaput,” ujar Mendikdasmen Mu'ti dalam kegiatan Penandatanganan Kerja Sama (PKS) Ditjen GTKPG Kemendikdasmen dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Program Pemenuhan Kualifikasi Akademik D4/S1 Bagi Guru di Jakarta, Jumat (12/9/2025), dikutip dari Antara.

Selain memberikan pelatihan bagi guru, ia menyebutkan antisipasi berikutnya ialah pihaknya siap berkomitmen membantu pembangunan listrik bertenaga surya bagi sekolah penerima smartboard yang belum memiliki listrik sama sekali atau kurang memadai daya listriknya.

Tidak hanya itu, Mu'ti mengatakan Kemendikdasmen juga siap membangun infrastruktur jaringan internet yang bekerja sama dengan BAKTI Komdigi.

Untuk melengkapi pemberian smartboard itu juga, pihaknya sudah menyiapkan sebanyak 2.500 paket materi pembelajaran yang menjadi bagian tak terpisahkan dari penggunaan papan pintar tersebut.

Pada kesempatan itu, ia juga menegaskan kehadiran smartboard nantinya tidak akan mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas dan interaksi pembelajaran di kelas menjadi sepenuhnya pembelajaran daring.

Sebaliknya, Mu'ti memastikan guru tetap menjadi fasilitator aktif untuk kegiatan belajar mengajar di ruang kelas yang dibantu dengan penggunaan smartboard.

“Saya ingin tegaskan juga bahwa dengan adanya materi tersebut tidak berarti guru tidak hadir di kelas, tetap ada guru yang mengajar. Jadi kalau ada yang mengatakan dengan ada materi itu pembelajarannya full daring, tidak ada pembelajaran tatap muka itu juga tidak benar. Kami pastikan adanya IFP itu guru tetap harus aktif di kelas sebagai fasilitator,” tegasnya.

Sementara terkait jumlahnya, ia menyebutkan IFP yang akan diberikan berjumlah 288 ribu alat untuk tahun ini dan didistribusikan kepada sekolah yang bersedia.

Hal itu dikarenakan beredar isu adanya sekolah yang tidak mau menerima pemberian IFP.

“Tapi bila ada yang merasa tidak mau menerima, maka kami dengan senang hati akan mengambil kembali pengiriman ke sekolah itu. Kalau memang sekolah yang bersangkutan tidak bersedia menerima,” ujar Mu'ti.

0 comments

    Leave a Reply