Kemendag Beri Stimulus kepada Pelaku Ekspor

IVOOX.id, Jakarta -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyediakan fasilitas pembiayaan untuk mendorong pengembangan ekspor ke kawasan Afrika, Asia Selatan, dan Timur Tengah. Fasilitas pembiayaan tersebut meliputi permodalan, penjaminan dan/atau asuransi atas ekspor barang maupun jasa sepanjang memenuhi kontribusi bagi devisa dalam negeri.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda mengungkapkan fasilitas pembiayaan sangat diperlukan pelaku usaha yang berorientasi ekspor untuk membantu pemenuhan bahan baku. “Mereka juga membutuhkan dukungan pembiayaan untuk promosi dan pemasaran. Mereka berhak mendapatkan akses permodalan yang mudah dan bunga kompetitif,” terang Arlinda, akhir pekan lalu. Ia berharap fasilitas tersebut akan meningkatkan daya saing dan nilai tambah berbagai produk asal Indonesia, mendukung pertumbuhan industri dalam negeri, hingga mampu mendongkrak kinerja ekspor secara signifikan.
Menurut Arlinda, semua badan usaha baik berbentuk badan hukum maupun tidak berbentuk badan hukum, termasuk perorangan yang juga melakukan ekspor, dapat memanfaatkan fasilitas itu. Alokasi dana yang disiapkan untuk program itu Rp1,6 triliun yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1/KMK.08/2019. “Kami mendorong para pelaku usaha yang kegiatan ekspornya bisa membawa dampak positif secara langsung kepada pemasok, tidak terkecuali pelaku usaha kecil dan mikro.”
Kawasan Afrika, Asia Selatan, dan Timur Tengah ialah pasar potensial untuk produk-produk Tanah Air. Total nilai perdagangan Indonesia dan Afrika pada periode Januari-November 2018, misalnya, tercatat sebesar US$10,38 miliar, tumbuh 30,15% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Total nilai perdagangan Indonesia dengan negara-negara kawasan Asia Selatan pada periode Januari-November 2018 mencapai US$22,28 miliar, melonjak 7,04% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Industri manufaktur
Upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk mendongkrak ekspor ialah mendorong kinerja industri pengolahan atau manufaktur. Apalagi, selama ini produk manufaktur memberikan kontribusi paling besar terhadap nilai ekspor nasional, yakni mencapai 74%. Selain itu, menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, sektor itu berkontribusi terhadap PDB sebesar 20% serta untuk perpajakan sekitar 30%.
Karena itu, pemerintah pun berkomitmen merevitalisasi industri manufaktur melalui pelaksanaan peta jalan Making Indonesia 4.0 agar juga siap memasuki era revolusi industri 4.0. “Road map menyebutkan kenaikan signifikan ekspor neto akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan, 5%-10% rasio ekspor neto terhadap PDB pada 2030,” kata Airlangga. Itu artinya, sambung dia, industri manufaktur nasional akan lebih berdaya saing di kancah global. (Adhi Teguh)

0 comments