Kembalikan Kejayaan, PFN Segera Revitalisasi Bisnis

iVooxid, Jakarta - Manajemen Perum Produksi Film Negara (PFN) menyatakan siap melakukan revitalisasi bisnis untuk mengembalikan kejayaan sekaligus kepercayaan publik akan kompetensi yang dimiliki perusahaan.
"Hari ini, 6 Oktober 2016 PFN memasuki usia ke-71. PFN telah mengalami berbagai era, dan kini saatnya kami melakukan pembaruan secara komprehensif," kata Direktur Utama PFN, M. Abduh Aziz, dalam siaran pers di Jakarta, akhir pekan ini.
Menurut Abduh, PFN yang berusia hampir sama dengan Republik Indonesia telah melalui pasang surut dan berbagai bentuk serta karakteristik pemerintahan.
"Tidak ada kata pesimistis, kini Perum PFN harus mengukuhkan keberadaannya kembali," ujar Abduh yang baru diangkat menjadi nakhoda PFN pada 22 Juli 2016.
Abduh yang juga merupakan praktisi filim ini menjelaskan, setidaknya tiga hal yang akan ditempuh PFN dalam mengembalikan kejayaan, satu-satunya perusahaan film milik negara ini.
Pertama, memperbaiki sarana fisik dengan meningkatkan kinerja produksi audio visual sebagai "core business" Perum PFN.
"Sekarang ini, kami sedang melakukan berbagai pertemuan dengan beberapa pihak menawarkan kerjasama dengan PFN," katanya.
Kedua, fokus mewujudkan kembali visi ke depan untuk menjadikan PFN sebagai pusat perfilman.
"Kami akan melakukan diskusi dengan komunitas perfilman. Sejauh ini, banyak tanggapan positif dan bisa menjadikan PFN sebagai creative hub," ujarnya.
Sedangkan agenda ketiga, adalah meyakinkan kembali ke pemerintah bahwa film tetap sebagai alat penanaman nilai-nilai dalam kerangka revolusi mental dengan metode yang lebih persuasif serta bagian dari potensi ekonomi kreatif yang masih terbuka luas untuk dikembangkan.
"Jika ketiga hal itu bisa di implementasikan, maka harapan menjadikan PFN kembali sebagai pusat perfilman bisa terwujudkan," ujar Abduh.
Ia menambahkan, usia hanya sebuah bilangan, namun rasa berarti itulah sesungguhnya makna dari keberadaan sebuah lembaga.
Ikon besar yang dimiliki Perum PFN seperti film boneka "Si Unyil" dan film propaganda yang legendaris, G30S/PKI, mungkin telah mengalahkan nama lembaga yang menaungi penciptaannya.
"Namun bila semangat atau daya hidup itu masih menyala, bukan mustahil akan kembali mengibarkan Perum PFN ke dalam pentas industri kreatif nasional. Semoga usia 71 tahun ini adalah momentum Perum PFN untuk kembali meraih kepercayaan publik ini," tegasnya. (ant)

0 comments