Kematian George Floyd & Derita 'Ekonomi' Warga Kulit Hitam ASJak

IVOOX.id, arta - Amerika Serikat (AS) dilanda masalah lagi. Kali ini bukan hubungan diplomatik dengan negara lain yang merenggang, tetapi keresahan sosial di dalam negeri yang berujung kericuhan.
George Floyd, seorang pria Afrika-Amerika berusia 46 tahun, meninggal dunia kala dibekuk oleh aparat kepolisian di Kota Minneapolis, Negara Bagian Minnesota. Floyd kesulitan bernafas kala lutut seorang polisi terlihat menindih lehernya.
Kematian Floyd menyulut kemarahan di penjuru negeri. Aksi demonstrasi merebak di berbagai kota di sejumlah negara bagian. Sebagian aksi tersebut diwarnai kekerasan, penjarahan, dan pembakaran properti.
Kalimat Black Lives Matters kembali menggema. Floyd adalah satu dari banyak nama yang menjadi korban kekerasan aparat. Para korban itu adalah dari etnis Afrika-Amerika alias berkulit hitam.
"Sudah berapa kali kita melihat kejadian seperti ini? Ya, nama-namanya memang berubah. Namun warna (kulitnya) tidak," cuit Andrew Cuomo, Gubernur Negara Bagian New York, yang berasal dari Partai Demokrat.
Meski berstatus negara maju yang (katanya) menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan, rasisme adalah 'penyakit' yang belum bisa hilang di Negeri Paman Sam.
Bahkan institusi negara seakan melanggengkan sikap tersebut. Sikap lebih represif ditunjukkan oleh aparat keamanan kala berurusan dengan warga etnis kulit berwarna, utamanya Afrika-Amerika.


0 comments