Kejahatan Siber Dunia, OJK: Kerugian Rp123 ribu triliun

IVOOX.id - Mengutip laporan dari The Institute of Internal Auditors (IIA) tentang kejahatan siber duni, OJK mengungkap risiko keamanan siber (cyber security) yang menjadi salah satu yang paling mendominasi di area Asia Pasifik.
Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Audit Merangkap Anggota Dewan Komisioner OJK Sophia Wattimena.
Risiko keamanan siber ini menurut Sophia tidak dapat dhindari dengan perkembangan era teknologi yang begitu cepat. Meski begitu hal tersebut kata dia dapat dimitigasi dengan menerapkan standar proses bisnis yang sesuai dan berpedoman pada ketentuan yang berlaku. Termasuk juga kesiapan tata kelola dari inovasi yang ada.
"Perlu kita pahami juga bahwa inovasi ini bisa hand in hand dengan governancy, jadi kalau kita berkaca pada beberapa alasan dan yang lalu governance-nya itu belakangan, telat mengikutinya gitu, nah diharapkan ke depannya kita bisa mengantisipasi sehingga setiap inovasi itu sudah memperhitungkan tata kelolanya," jelas Sophia.
Lebih lanjut Sophia juga merinci contoh kerugian yang disebabkan oleh kejahatan siber yang terjadi. Menurutnya kerugian di seluruh dunia mencapai US$ 8 triliun atau Rp 123.096 triliun (kurs Rp 15.387) pada 2023.
"Di sisi lain rata-rata waktu yang diperlukan untuk organisasi menyelesaikan kejahatan cyber ini masih mencapai angka 277 hari jadi cukup lama. Dan kesenjangan tenaga kerja dalam industri cybersecurity adalah sebanyak 3,4 juta orang tentunya ini memerlukan kesiapan organisasi dan menjadi isu yang sangat kritical," ungkapnya.
Menurut Sophia selain risiko keamanan siber, etika juga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengembangan teknologi khususnya AI. Pasalnya kata dia pengembangan AI yang saat ini masih sangat bergantung pada input yang diberikan dan proses pengambilan keputusan yang disusun oleh developernya.
"Sehingga sangat mungkin terjadi bias pada kesimpulan yang dihasilkan, oleh sebab itu organisasi diharapkan menggunakan AI dengan hati-hati dan menerapkan code of conduct yang baik," katanya.
Reporter: Rinda Suherlina

0 comments