Kebijakan Relaksasi Impor Jadi Biang Kerok Kepercayaan Industri Turun

IVOOX.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli 2024 melambat 0,10 poin dibandingkan Juni 2024. Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif mengatakan melemahnya nilai IKI pada bulan Juli salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan relaksasi impor pada Mei 2024 lalu.
"IKI Juli 2024 52,4 poin. Artinya melambat 0,10 poin dibandingkan Juni 2024 sebesar 52,5 (poin), kalau dibandingkan pada IKI bulan Juli tahun lalu juga turun sebesar 0,51 poin," kata Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif Rabu (31/7/2024).
Tak hanya menurunkan nilai IKI, kebijakan relaksasi impor juga dinilai menurunkan optimisme pelaku industri terhadap usahanya selama enam bulan ke depan.
"Tren peningkatan optimisme industri sejak akhir tahun 2023 mulai terhenti di bulan Mei 2024. Mei ada kebijakan relaksasi impor, ketika ada 26 ribu kontainer yang tertahan di pelabuhan. Setelah Menko Perekonomian dan Menkeu melepas kontainer tersebut, itu kami menilai IKI mengalami sedikit penurunan, terutama pada industri tekstil," kata Febri.
Selain itu melemahnya nilai tukar rupiah juga turut mempengaruhi kinerja industri. Menurutnya ada tiga subsektor yang mengalami peningkatan pesimisme untuk kegiatan usahanya enam bulan ke depan.
"Ada 3 subsektor yang mengalami peningkatan pesimisme untuk kegiatan usahanya enam bulan ke depan, industri tekstil, industri mesin dan YTDL dan KBLI 30 subsektor industri alat angkut lainnya terutama industri sepeda motor," ujar Febri.
Dari sisi variabel pembentuk IKI, variabel persediaan produk meningkat 0,48 poin jadi 55,53. Sedangkan variabel pesanan baru turun menjadi 52,92 dari semula 54,78 poin, lalu variabel produksi juga naik menjadi 49,44 dari Juni 2024 sebesar 46,99.
Kendati begitu kata Febri terdapat 21subsektor yang mengalami ekspansi atau mengantongi skor lebih dari 50 dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas sebesar 93,4%. Sementara, 3 subsektor di antaranya mengalami kontraksi atau mengantongi skor di bawah angka 50 poin.
"Terdapat 3 subsektor yang mengalami kontraksi, dengan kontribusi share PDB (ke industri pengolahan nonmigas) mencapai 6,4%, (meliputi) industri tekstil, industri kertas barang dari kertas industri mesin dan barang peralatan YTDL (yang tidak diklasifikasikan)," katanya.

0 comments