Jumlah Naker Turun Gegara Aktivitas Produksi Nonmigas Lesu | IVoox Indonesia

June 8, 2025

Jumlah Naker Turun Gegara Aktivitas Produksi Nonmigas Lesu

antarafoto-pengantongan-terakhir-produksi-pupuk-tahun-2023-24122023-lmo-7 industri nonmigas
Pekerja mengoperasikan alat berat untuk memindahkan karung pupuk urea bersubsidi usai pengantongan terakhir produksi nonmigas pupuk tahun 2023 dan pengantongan perdana produksi pupuk tahun 2024 di pabrik pengantongan PT Pusri di Palembang, Sumatra Selatan, Minggu (24/12/2023). Pada tahun 2023 produksi pabrik eksiting PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang mencapai 2.010.400 ton urea, 1.333.312 ton amoniak, dan 327.000 ton NPK. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

IVOOX.id - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap jika kini jumlah naker (tenaga kerja) menurun imbas dari aktivitas produksi nonmigas lesu. 

Kemenperin mencatat Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Februari 2024 mencapai 52,56, meningkat 0,21 poin dibandingkan Januari 2024. 

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif mengatakan apabila dilihat dari variabel pembentuk IKI, peningkatan nilai IKI berasal dari peningkatan variabel persediaan produk (3,48 poin) dan pesanan baru (0,97 poin). 

Sementara dari variabel produksi mengalami penurunan hingga pada 50,45 (turun 3,23 poin). Meski begitu kata dia variabel produksi masih pada level ekspansi.

“Kondisi ini menggambarkan bahwa industri pengolahan nonmigas pada bulan Februari masih menghabiskan hasil produksi periode sebelumnya,” kata Febri saat menyampaikan rilis IKI Februari di Jakarta, Kamis (29/2/2024).

Penurunan aktivitas produksi ini kata Febri juga berdampak pada penurunan jumlah tenaga kerja industri yang dibutuhkan. Artinya hal ini dapat berdampak pada tingkat pengangguran yang semakin naik.

“Penurunan aktivitas produksi ini mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja industri,” jelas Febri.

Lebih lanjut Febri mengungkapkan beberapa subsektor yang mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan pada Februari 2024.

Diantaranya yakni subsektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki; industri minuman; industri pengolahan tembakau; industri karet, barang karet dan plastik; industri makanan; industri barang logam bukan mesin; industri pakaian jadi; industri kendaraan bermotor, trailer; industri farmasi, obat kimia dan tradisional.

Menurut Febri salah satu penyebab para pelaku industri menurunkan produksinya lantaran turunnya jumlah pesanan, tingkat ketersediaan produk, ketersediaan bahan baku/penolong, dan faktor musiman.

"Krisis di Laut Merah yang telah disebutkan tadi menyebabkan peningkatan biaya logistik dan waktu pengiriman produk beberapa subsektor, seperti pada industri kayu dan barang dari kayu," ungkapnya.

0 comments

    Leave a Reply