Jokowi Sambangi Gelar Pangan Murah di Subang | IVoox Indonesia

June 21, 2025

Jokowi Sambangi Gelar Pangan Murah di Subang

-_220713120038-356
Presiden Jokowi kunjungi Gelar Pangan Murah (GPM) di Pasar Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Selasa (12/7). (Foto: Dok. Kementan)

IVOOX.id, Subang - Gelar Pangan Murah (GPM) di Pasar Sukamandi, Subang, Jawa Barat pada Selasa (12/7) mendadak dikunjungi Presiden Joko Widodo.

Pada kegiatan tersebut, Ditjen Hortikultura memasok 1 ton aneka cabai yang berasal dari sentra cabai yang tergabung dalam Champion Cabai Sumedang.

Cabai rawit merah dan cabai merah keriting dijual dengan harga sama dengan harga di tingkat petani, yakni Rp 69.000/kg. Sementara itu, berdasarkan hasil pantauan tim lapangan, harga bawang merah juga mulai berangsur turun, yakni Rp 55.000/kg.

"Secara umum, harga bawang merah sudah turun. Untuk cabai, di beberapa tempat mengalami sedikit kenaikan karena adanya libur petik Idul Adha. Namun, masih terbilang stabil. Lewat GPM ini kita juga berupaya menambah pasokan sehingga mampu menekan harga di pasaran," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Retno Sri Hartati Mulyandari selaku Plh. Direktur Jenderal Hortikultura.

Penurunan harga bawang merah sendiri juga terlihat di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ). Harga bawang merah di PIKJ per 12 Juli 2022 berada di angka Rp 47.000/kg. Menurut pemantauan, harga bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati sekitar Rp 47.000 per kilogram. “Jadi, sudah mulai turun," kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ditjen Hortikultura, Tommy Nugraha.

Kementan telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga ketersediaan bawang merah dan aneka cabai di pasaran. Diantaranya bekerja sama dengan Pemda dan jaringan TTIC untuk distribusi dan pemasarannya. Selain itu, juga lakukan koordinasi intensif dengan champion, asosiasi dan offtaker untuk mengambil produk langsung dari sentra produksi untuk m emotong rantai pasokan; dan melakukan gerakan pengendalian OPT.

Seperti diketahui, naiknya harga cabai yang terjadi sejak awal Juni disebabkan adanya penurunan produktivitas pertanaman sebagai dampak cuaca ekstrem yang ditandai curah hujan yang relatif lebih tinggi dibanding rerata normalnya dan berlangsung hingga saat ini.

Berdasarkan data BMKG, curah hujan pada periode April-Mei 2022 cenderung lebih tinggi dibandingkan periode April-Mei 2021. Hal ini memicu peningkatan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Phytophthora, spp penyebab penyakit busuk daun pada cabai, dan juga penyakit antraknosa. Imbasnya terjadi kerusakan tanaman yang gilirannya mengganggu produksi cabai nasional.

Ketersediaan aneka cabai (cabai rawit merah, cabai rawit hijau, cabai merah keriting dan cabai besar) pada Juni hingga Juli 2022 masih surplus untuk memenuhi kebutuhan nasional. Berdasarkan data Ditjen Hortikultura, produksi cabai besar nasional pada Juni diperkirakan 78.040 ton, sedangkan kebutuhan cabai besar Juni diperkirakan 76.317 ton, sehingga neraca cabai besar surplus 1.723 ton.

Produksi cabai rawit sebesar 73.562 ton sedangkan kebutuhan cabai rawit diperkirakan 72.159 ton, sehingga neraca cabai rawit surplus sebesar 1.403 ton. Sementara produksi cabai besar pada Juli sebesar 99.949 ton dan cabai rawit sebesar 209.673 ton. Kebutuhan cabai besar pada Juli diperkirakan 97.731 ton, sehingga neraca cabai besar surplus 2.218 ton, sedangkan kebutuhan cabai rawit diperkirakan 87.308 ton, sehingga neraca cabai rawit surplus sebesar 22.365 ton.

Meski situasi iklim yang tidak menentu, pasokan cabai masih tetap berlangsung terutama dari sentra dataran tinggi, baik di Pulau Jawa maupun diluar Pulau Jawa, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Utara.

0 comments

    Leave a Reply